Abdul Gani, Herlina Tahang, Erdy Asmaul Basir dan Agus
Darmawan
ABSTRAK
Mandarinfish (Synchiropus splendidus)
merupakan ikan yang unik dan cantik, bahkan dengan keunikan dan kecantikan
warnanya ikan ini masuk dalam daftar 10 besar ikan tercantik di dunia dan
menempati urutan pertama. Corak warnanya seperti jubah kaisar cina sehingga
diberi nama mandarinfish. Ikan ini cukup menakjubkan untuk dilihat, dan
sangat menarik untuk ditampilkan pada
akuarium dan termasuk ikan endemik karena hanya menempati daerah-daerah
tertentu dengan jumlah terbatas sehingga dengan demikian lambat laun akan
menjadi punah. Harganya dapat mencapai
$17 sampai $34 namun menurut
pelaku eksportir, beberapa negara membatasi masuknya ikan hias hasil tangkapan
alam dengan alasan menjaga kelestarian alam, bahkan harga ikan hias dari hasil
budidaya jauh lebih tinggi harganya jika disertai dengan sertifikat hasil
budidaya.
Pembenihannya cukup mudah karena tanpa
sirkulasi air, pemberian pakan cukup 2 kali sehari sehingga dapat menghemat
biaya dan waktu dan hanya membutuhkan 30 ekor induk dapat menghasilkan telur
hampir setiap malam. telur dipindahkan ke bak larva (bak fiber minimal 1 ton)
dan diberikan pakan berupa rotifer pada hari ke 2 sampai setelah umur lebih
dari 20 hari baru ditambahkan pakan naupli artemia. Larva sudah menjadi benih
setelah berumur ± 1 bulan dan siap dibesarkan di wadah bervolume minimal 60
liter. Setelah umur 3 bulan dapat diberikan artemia sedang. Masa panen untuk
ikan mandarinfish yaitu 5 sampai 6 bulan tergantung permintaan pasar yang
tentunya semakin besar ukurannya semakin mahal harganya. Setelah panen pertama
dilakukan maka panen berikutnya dapat diraih
dalam waktu 1 bulan karena produksinya berkesinambungan.
Dengan berbagai alasan tersebut diatas maka
pembenihan ikan hias mandarinfish merupakan salah satu peluang untuk
menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat pesisir pantai.
Kata
kunci: pembenihan, ikan mandarinfish dan skala rumah tangga
I.
PENDAHULUAN
Mandarinfish (Synchiropus splendidus)
merupakan ikan yang unik, cantik bahkan dengan keunikan dan kecantikan warnanya
ikan ini masuk dalam daftar 10 besar ikan tercantik di dunia dan menempati
urutan pertama. Corak warnanya seperti jubah kaisar cina sehingga diberi nama
mandarinfish. Ikan ini cukup menakjubkan untuk dilihat, dan sangat menarik untuk ditampilkan pada akuarium dan
termasuk ikan endemik karena hanya menempati daerah-daerah tertentu saja dengan
jumlah terbatas dengan demikian lambat laun akan menjadi punah. Harganya dapat
mencapai $17 sampai $34 bahkan ikan hasil budidaya (bersertifikat)
dapat dihargai lebih tinggi dari itu, hal ini disebabkan karena sudah terbiasa
hidup di lingkungan akuarium (lingkungan terbatas) dan terbebas dari racun
sianida sehingga pembeli tidak kesulitan dalam pemeliharaannya.
Untuk menyikapi hal tersebut di atas
maka Balai Budidaya Laut Ambon berupaya keras untuk membenihkan ikan ini dan
mendapatkan hasil yang cukup memuaskan. Dengan jumlah induk yang terbatas dan
teknologi yang sederhana dapat diproduksi ribuan benih mandarinfish. Teknologi
pembenihan mandarinfish dapat mendukung program pelestarian lingkungan dan
meningkatkan hasil ekspor ikan ini. Disamping itu dengan teknologi pembenihan
skala rumah tangga dapat menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat yang
tinggal di pesisir pantai. Adapun tahapan teknologi pembenihan tersebut adalah
domestikasi induk, pemijahan, pemeliharaan larva dan pendederan/pembesaran.
Teknologi ini sangat mudah diaplikasikan di masyarakat karena tanpa menggunakan
sirkulasi air atau dengan kata lain hanya mengganti air pada saat air sudah
mulai menurun kualitasnya dan larvanya pun cukup kuat untuk menjadi benih serta
pemberian pakan cukup dilakukukan hanya 1 sampai 2 kali sehari sehingga sangat
cocok untuk usaha sampingan karena tidak menyita waktu yang banyak dalam
penanganannya.
Kegiatan ini bertujuan untuk
menciptakan teknologi pembenihan ikan hias mandarinfish skala rumah tangga yang
dapat dijadikan sebagai usaha sampingan.
II.
MATERIAL DAN METODE
2.1 Alat
Adapun alat-alat yang dibutuhkan dapat dilihat
pada tabel berikut :
No
|
Nama
|
Jumlah
|
Keterangan
|
1
|
Intalasi Air laut
|
1
unit
|
Untuk pengisian air
|
2
|
Instalasi aerasi
|
1 unit
|
Untuk mensuplai oksigen
|
3
|
Instalasi listrik
|
1unit
|
Untuk penerangan dan aerasi
|
4
|
Baskom
|
5
buah
|
Untuk keperluan sehari hari
|
5
|
Gayung
|
3
buah
|
Untuk keperluan sehari hari
|
6
|
Ember
|
3
buah
|
Untuk keperluan sehari hari
|
7
|
Sikat
|
2
buah
|
Untuk keperluan sehari hari
|
8
|
Alat sipon
|
2
buah
|
Untuk keperluan sehari hari
|
9
|
Plastik transparan
|
10
meter
|
Untuk penutup bak larva
|
2.2 Bahan
Adapun
bahan-bahan yang dibutuhkan dapat dilihat pada tabel berikut :
No
|
Alat
dan Bahan
|
Jumlah
|
1
|
Induk
|
50 ekor
|
2
|
Kista Artemia
|
3 kaleng
|
3
|
Bak induk
|
1 buah
|
4
|
Bak Larva
|
2 buah
|
5
|
Bak Pakan Alami
|
3 buah
|
6
|
Wadah
Pembesaran
|
3 buah
|
2.3 Metode
A. Pengadaan Induk
Induk yang
digunakan berasal dari tangkapan alam yang sebagian besar masih remaja sehingga
harus dipelihara untuk menjadi ukuran
induk namun untuk mempercepat proses pemijahan maka induk yang dibeli sebaiknya
dipilih yang berukuran besar minimal panjangnya untuk jantan 5 cm dan betina 4
cm, sehat dan kelihatan gemuk. Perbedaan jantan dan betina dapat dilihat dari sirip
punggungya dimana jantan mempunyai sirip punggung lebih panjang dari betina dan
biasanya ukuran jantan lebih besar dari betina.
B. Penanganan Induk
Penanganan
induk dapat dilakukan tanpa sirkulasi air, cukup dengan pergantian air saja
yaitu pada saat air sudah mulai kotor. Padat penebaran yaitu 30 – 50 ekor per m3,
perbandingan jantan dan betina adalah 1:1 atau 1:2 (1 jantan dengan 1 atau 2
betina). Pakan yang diberikan adalah artemia dewasa atau cacing merah, udang
renik dan kapepoda dan sebaiknya dalam bentuk hidup diberikan 1 sampai 2 kali
sehari secara adbilitum. Untuk menjaga kesehatan induk dilakukan penyiponan
kotoran pada dasar bak minimal 2 hari sekali dan pencucian bak dilakukan setiap
1 atau 2 minggu sekali. Untuk mencegah terjangkitnya penyakit terutama parasit
maka setiap pencucian bak sekaligus dilakukan perendaman dengan air tawar.
Dalam pemeliharaan induk yang perlu diperhatikan adalah penyakit white spot yang ditandai dengan adanya
bintik putih pada tubuh ikan dan harus secepatnya ditangani dengan melakukan
perendaman air tawar dengan waktu perendaman yaitu 5 – 10 menit dan dilakukan 3
hari berturut-turut sampai penyakit tersebut hilang. Sedangkan jika terdapat
luka pada bagian tubuh maka dapat rendam dengan elbasin.
C. Pemijahan
Pemijahan
dilakukan secara alami dan biasanya terjadi pada saat menjelang matahari
terbenam dimana induk jantan dan betina perlahan-lahan naik ke permukaan air
untuk melepaskan telur dan sperma, telur yang bagus biasanya mengapung di
permukaan air. Telur ikan mandarinfish mirip seperti buah anggur karena saling
terikat oleh selaput lendir sehingga mudah untuk dihitung ataupun dipanen
dengan menggunakan gayung. Jika 50 ekor
induk mandarin dipelihara dalam satu wadah maka setiap malam dapat
dipanen telurnya dan dipindahkan ke bak larva. Dalam 1 ekor induk betina dapat
menghasilkan 100 sampai 400 butir telur. Pemanenan telur dapat dilakukan dengan menggunakan gayung
ataupun kolektor (saringan penampungan telur) yang ditempatkan pada saluran
pembuangan namun sistem ini memerlukan air yang mengalir.
D. Pemeliharaan
Larva
Wadah
yang digunakan dalam pemeliharaan larva mandarinfish minimal mempunyai volume 1
ton. Karena telur ikan mandarinfish tidak banyak dan terkadang tidak dapat mencukupi kebutuhan
bak dalam 1 atau beberapa kali panen maka dapat digabung selama 5 sampai 7
malam berturut-turut dalam wadah yang sama. Untuk menjaga kestabilan suhu dan
segala macam kontaminasi yang dapat menyebabkan penyakit pada larva maka
diberikan penutup pada bagian atas bak yaitu plastik transparan.
Pakan yang diberikan pada larva adalah rotifer pada
hari ke 2 atau hari ke 3 setelah telur menetas hal ini dapat ditandai dengan
perubahan warna pada larva dari transparan menjadi hitam. Setelah larva berumur
sekitar 25 hari, ukuran larva sudah
cukup besar, perubahan sifat yang tadinya melayang-layang dalam air sudah mulai
menempel pada dasar atau dinding bak dan sebagian larva mulai berubah warna
dari hitam menjadi coklat. Untuk memacu
pertumbuhan larva maka sudah dapat diajarkan untuk mengkomsumsi naupli artemia.
Untuk menjaga kestabilan kualitas air dalam bak maka dilakukan pergantian air
sebanyak 7 – 10 % setiap hari, hal ini dapat dilakukan apabila kondisi kualitas
air dalam bak sudah mulai rusak dan dapat ditandai dengan kekeruhan ataupun bau
yang tidak sedap. Cangkang artemia ataupun kotoran yang mengapung dipermukan
sebaiknya diangkat dan dibuang. Setelah umur 1 hingga 1,5 bulan maka larva siap
untuk didederkan/dibesarkan dimana pada usia ini larva sudah mampu beradaptasi
dengan perubahan lingkungan. Bak pemeliharaan larva yang bervolume 2 ton dapat
menghasilkan benih sekitar 1.000 sampai 1.500 ekor benih per siklus penebaran.
E. Pendederan/Pembesran
Untuk
pendederan atau pembesarannya dapat menggunakan akuarim, baskom, bak papan
berlapis plastik, bak fiber, bak beton
ataupun wadah lain yang layak untuk digunakan. Wadah yang digunakan
minimal bervolume 60 liter dengan kepadatan awal tebar 10 ekor/liter air.
Setelah ukuran benih bertambah besar maka kepadatan dapat dikurangi. Pakan yang
diberikan adalah naupli artemia dan setelah berumur 2,5 atau 3 bulan dapat
diberikan artemia berukuran sedang.
F. Panen
Panen
atau penjualan dapat dilakukan setelah ikan sudah mencapai ukuran minimal 4 cm
dan ini dapat dicapai setelah ikan berumur 5 sampai 7 bulan (dihitung setelah
telur menetas menjadi larva atau dari hari petrama menjadi larva). Ukuaran ikan
bisanya bervariasi sehingga harus dilakukan grading untuk menyesuaikan
permintaan pasar. Tingkat kelulushidupan (Survival
Rate/SR) mulai dari benih hingga mencapai ukuran 4 cm atau ukuran panen
biasanya mencapai 80%.
III. HASIL
DAN PEMBAHASAN
Ikan hias mandarinfish dapat
dipijahkan secara massal dan jika 50 ekor
induk mandarinfish dipelihara dalam satu wadah maka hampir setiap malam
dapat menghasilkan telur. Untuk 1 ekor
induk betina dapat menghasilkan 100 sampai 400 butir telur. Untuk memaksimalkan
kebutuhan bak maka penebaran telur dapat dilakukan hingga 7 malam
berturut-turut. Pakan pertama yang diberikan adalah rotifer pada hari ke 2
sampai berumur 25 hari baru mulai diajarkan makan naupli artemia atau
tergantung pertumbuhan dan kebutuhannya dimana pertumbuhan larva tidak merata
sehingga hanya sebagian yang dapat mengkonsumsi naupli artemia.
Pada umur 1 hingga 1,5 bulan maka
larva siap dipindahkan untuk didederkan/dibesarkan dimana pada usia ini larva
sudah mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Biasanya ukuran larva
sudah mencapai 0,5 – 1,5 cm dan untuk bak larva yang bervolume 2 ton dapat
menghasilkan benih sekitar 1.000 sampai 1.500 ekor benih per siklus penebaran.
Panen atau penjualan dapat dilakukan
setelah ikan sudah mencapai ukuran minimal 4 cm dan ini dapat dicapai setelah
ikan berumur 5 sampai 7 bulan (dihitung setelah telur menetas menjadi larva
atau dari hari pertama menjadi larva). Ukuaran ikan bisanya bervariasi sehingga
harus dilakukan grading untuk menyesuaikan permintaan pasar. SR yang
didapatkan semenjak benih hingga
mencapai ukuran 4 cm atau ukuran panen biasanya mencapai 80%.
Kendala penyakit yang sering ditemukan
adalah white spot yang ditandai
dengan adanya bintik putih pada tubuh ikan dan harus secepatnya ditangani
dengan melakukan perendaman air tawar dengan waktu perendaman yaitu 5 – 10
menit dan dilakukan 3 hari berturut-turut sampai penyakit tersebut hilang.
Sedangkan jika terdapat luka pada bagian tubuh maka dapat direndam dengan
elbasin.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
Dilihat
dari hasil yang dicapai maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
·
Pembenihan mandarinfish dapat dilakukan secara
massal baik untuk skala rumah tangga maupun skala besar.
·
Dengan melihat hasil yang telah dicapai maka
peluang untuk menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat pesisir pantai dapat
diaplikasikan.
Saran yang dapat diberikan adalah pembenihan
ikan hias mandarinfish skala rumah tangga ini mudah dilakukan dan dapat
menghasilkan keuntungan sehingga dapat dijadikan sebagai usaha sampingan.
DAFTAR PUSTAKA
Sadovy,
Yvonne; George Mitcheson dan Maria B. Rasotto (Desember 2001). "Awal
Pengembangan Mandarinfish itu, Synchiropus splendidus (Callionymidae), dengan
catatan tentang Perikanan dan Potensi Budaya" Aquarium Ilmu dan Konservasi
(Springer Belanda)
Sumber : Balai Budidaya Laut Ambon
Komentar
Posting Komentar