Teknik Pemeliharaan Larva Ikan Hias Clown


TEKNIK PEMELIHARAAN LARVA IKAN HIAS CLOWN
Oleh : Herlina Tahang, Akhmad Sururi dan Rusli Raiba

Pendahuluan
Pemeliharaan larva merupakan salah satu faktor utama pada usaha pembenihan, keberhasilan dalam pemeliharaan larva selain ditentukan oleh kualitas induk, telur dan ketersediaan pakan, lingkungan pemeliharaan, pengelolaan harian juga sangat menunjang hasil akhir dari kegiatan pemeliharaan larva. Pengelolaan dalam pemeliharaan larva meliputi : persiapan bak, pemberian pakan, dan pengelolaan air media pemeliharaan.

Wadah yang Digunakan
Bak yang digunakan sebaiknya berkapasitas minimal 500 liter atau 0,5 ton, semakin besar kapasitas bak yang digunakan semkin stabil kualitas airnya terutama pluktuasi suhunya akan tetapi bak yang digunakan sebaiknya tidak terlalu besar, agar dapat dioptimalkan maka harus disesuaikan dengan jumlah induk dan produktifitasnya. Jumlah bak dan volume bak harus diperhitungkan dimana induk tidak secara bersamaan bertelur dalam waktu yang sama dan jumlah telur setiap induk berbeda-beda. 

Persiapan Bak Pemeliharaan Larva
Bak pemeliharaan larva sebelum digunakan harus dicuci bersih dan disterilkan dengan menggunakan kaporit kemudian dibilas sampai bersih hingga tidak ada lagi sisa atau bau kaporit. Apabila tidak ada kaporit maka dapat menggunakan sabun atau deterjen. Langkah berikutnya adalah bak diisi dengan air media sebanyak 3/4 dari volume bak kemudian dilanjutkan dengan pengaturan tekanan aerasi dan penambahan fitoplankton Chlorella sp  hingga airnya terlihat kehijau-hijauan. Salinitas media pemeliharaan larva berkisar antara 30 - 33 ppt, sedangkan temperatur air antara 27 – 29 0C.

Penetasan Telur
Telur biasanya menetas setelah masa pengeraman sekitar 5 atau 9 hari, tergantung jenis ikan, kualitas telur dan lingkungan. Menurut pengamatan yang dilakukan dilapangan, penetasan telur lebih efektif dilakukan dengan cara memindahkan telur beserta induknya ke wadah pemeliharaan larva sehari sebelum menetas dengan menggunakan keranjang yang diberi pelampung dan setelah menetas induk dan selternya dikembalikan ke tempat semula. Metode ini selain mudah dilakukan dapat memberikan HR dan SR yang tinggi karena dengan cara itu, induk tetap merawat telurnya dan larva tidak perlu beradaptasi lagi.

Gambar. Induk Ikan Clown yang sedang menjaga telurnya

Bak yang berukuran 1 ton dapat menampung larva sekitar 2.000 ekor atau 2 ekor per liter dengan demikian jika jumlah rata-rata telur per pasang induk adalah 500 butir maka dapat menampung 4 sampai 5 pasang induk yang siap menetaskan telurnya. Apabila pada bak pemeliharaan larva terlihat kurang padat maka dapat dilakukan penetasan telur secara susulan akan tetapi untuk menghindari agar larva tidak terlalu berbeda jauh ukurannya maka interval waktu antara penetasan pertama dan terakhir tidak lebih dari 5 hari.

Perkembangan Larva
Larva yang baru menetas (D-) memiliki kisaran panjang total 3,96+0,18 mm dan masih memiliki cadangan makanan berupa kuning telur . Memasuki umur D3 larva berukuran panjang total rata- rata 4,71+0,53 mm dan notochord mulai mengalami pelenturan dengan sudut + 150o . Pada larva umur 9 (d-9) panjang total rata – rata larva telah mencapai 6, 53 + 0,25 mm, terdapat gigi pada premaxilla yang terlihat dengan jelas. Sudut lenturan notochord semakin menyempit dan memendek dan akan menghilang seiring perkembangan metamorphosis larva.

Pakan dan Pemberian Pakan
Pada saat larva  berumur 1 hari (D1)  sampai 7 hari diberikan pakan hidup yaitu rotifer dengan kepadatan 5 -10 ekor/ml dan setelah benih berumur lebih dari 7 hari,  jumlah pakan rotifer dikurangi yaitu  3 – 5 ekor/ml akan tetapi ditambahkan pakan naupli artemia 2-3 ekor ml dimana larva pada umur ini sudah mampu mengkonsumsi naupli artemia. Kepadatan pakan rotifer pada awal pemeliharaan disesuaikan dengan umur larva dan harus dicek setiap hari sebelum penambahan pakan baru. Kelebihan pakan hidup akan berpengaruh pada oksigen terlarut, utamanya pada malam hari. Pemberian pakan rotifer dapat dihentikan setelah semua larva dapat mengkonsumsi naupli artemia, selama larva masih mengkonsumsi artemia sebaiknya dilakukan penambahan fitoplankton setiap hari sebagai makanan rotifer.  Fioplangkton selain makanan rotifer juga berfungsi untuk mempertahankan kestabilan kualitas air terutama kecerahan dimana pengaruh kecerahan yang terlalu tinggi mengakibatkan larva silau yang pada akhirnya menumpuk di dinding bak. Pemberian naupli artemia juga dapat dilakukan dengan tolak ukur pada saat warna larva mengalami perubahan dari hitam menjadi agak kemerahan. Pakan tambahan juga dapat diberikan berupa pellet setelah umur >10 hari. larva sudah dapat dipindahkan ke wadah pembesaran setelah berkisar 12 hari pemeliharaan. 

Tabel 3. Skema Pemberian pakan selama pemeliharaan larva
Umur larva (hari)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Fitoplankton


Rotifer


Artemia


Pakan Pellet
 


Pengelolaan Kualitas Air
Pengelolaan kualitas air dapat dilakukan dengan cara pergantian air sebanyak 10 – 30% pada hari ke 7 (tergantung kebutuhan). Selain pergantian air, penyiponan juga dapat dilakukan untuk membuang sisa hasil metabolisme, pakan  dan kotoran lain yang mengendap di dasar bak. Penyiponan dilakukan secara hati-hati agar tidak terjadi pengadukan yang dapat mengakibatkan larva menjadi stress. Selain penyiponan hal penting yang harus dihindari adalah pemberian pakan yang berlebihan karena dapat merusak kualitas air.

Pemanenan Larva
Pemanenan larva Ikan Clown dapat dilakukan pada saat memasuki umur 12 hari dan dipindahkan ke wadah pemeliharaan benih (akuarium). Larva ikan Ikan Clown dipanen secara manual dengan menggunakan scoopnet dan diangkat dengan mangkok plastik secara perlahan. Saat pemanenan, sebelum dipindahkan kewadah pendederan terlebih dahulu dilakukan penghitungan jumlah benih (SR) sekaligus pengaturan padat tebar pada akuarium
IMG_5129      IMG_5184
   Larva siap panen                                              cara pemanenan
Gambar 29. Proses Pemanenan larva Ikan Clown

Daftar Pustaka
Ketut Maha Setiawati, dkk 2011. Petunjuk Teknis Pembenihan Ikan Hias Klon Amphiprion ocellaris dan Amphiprion percula.  Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut

Buku Seri Budidaya Laut, 2014. Budidaya Ikan Hias Clown. Balai Budidaya Laut Ambon

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Prinsip Pengemasan Produk Berbahan Nabati dan Hewani

Mengenal Ikan Betutu