METODE PENGAMBILAN SAMPEL, NEKROPSI DAN PENGAMBILAN SPESIMEN PADA IKAN SAKIT



METODE PENGAMBILAN SAMPEL, NEKROPSI DAN PENGAMBILAN SPESIMEN
 PADA IKAN SAKIT

Oleh:

Oleh: Dinarti, Yan Evan dan Didik Santoso

METODE PENGAMBILAN SAMPEL
Pengambilan sampel ikan dilakukan dengan dua metode yaitu: pengambilan sampel secara acak dan selektif. Pengambilan secara acak, biasanya dilakukan dalam rangka studi epidemiologi dan pengambilan sampel pada kelompok populasi tanpa gejala klinik. Sedangkan untuk pengambilan selektif dilakukan dalam rangka diagnose penyakit . jumlah pengambilan sampel secara acak dilakukan  berdasarkan pada asumsi prevalensi pada populasi, seperti tabel berikut:

Jumlah Populasi
Prevalensi (Dalam %)
0,5
1,0
2,0
3,0
4,0
5,0
10,0
50
46
46
46
37
37
29
20
100
93
93
76
61
50
43
23
250
192
156
110
75
62
49
25
500
314
223
127
88
67
54
26
1.000
448
256
136
92
69
55
27
2.500
512
279
142
95
71
56
27
5.000
562
288
145
96
71
57
27
10.000
579
292
146
96
72
57
27
100.000
594
296
147
97
72
57
27
1.000.000
596
297
147
97
72
57
27
>1.000.000
600
300
150
100
100
60
30

NEKROPSI DAN PENGAMBILAN SPESIMEN
Setelah pemeriksaan klinis selesai, dilakukan pengambilan specimen berupa darah, kerokan lendir kulit dan potongan insang. Selanjutnya ikan dinekropsi dan preparasi organ dalam tubuh. Nekropsi dilakukan dengan mematikan ikan terlebih dahulu dengan cara memutuskan sambungan otak dengan sumsum tulang belakang. Kemudian ikan diletakkan pada papan bedah dengan sisi kanan terletak dibagian bawah dan abdomen menghadap kearah operator. Sebelum dilakukan pembedahan, operculum digunting sehingga insang dapat terlihat jelas. Pembedahan dialukan dengan melakukan penyayatan dari lubang keluaran dilanjutkan kea rah cavum brancialis melalui sepanjang sisi ventral tubuh. Penyayatan kedua dilakukan dari lubang keluaran kea rah depan disepanjang sisi dorsal cavum abdominalis dan cavum branchialis. Setelah itu dilakukan penyayatan diantara kedua ujung depan sayatan tersebut. Pemotongan harus dilakukan secara hati – hati sehingga tidak merusak organ dalam, pembuluh darah besar dan terhindar dari kontaminasi isi saluran pencernaan.
Pemeriksaan selama nekropsi dilakukan terhadap rongga perut dan dinding rongga perut (warna, keadaan atau timbunan cairan), organ dalam (ukuran, bentuk, warna dan konsistensi) serta keberadaan endoparasit pada organ tubuh.
Pemeriksaan organ dalam tubu h secara berturut – turut dilakukan terhadap gelembung renang, hati lambung, limpa, usus ginjal dan terakhir jantung. Apabila diperlukan, pada saat nekropsi ini juga dilakukan isolasi bakteri terutama pada hati, limpa dan ginjal depan.
Specimen dapat disimpan dalam keadaan segar atau terifikasi , tergantung pada jenis pemeriksaan yang dilakukan. Specimen untuk pemeriksaan parasitology dan bakteriologi berupa ikan hidup atau ikan mati segar. Pemeriksaaan sebaiknya dilakukan sesegera mungkin. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kehilangan beberapa informasi penting dalam pemeriksaan. Jika pemeriksaan tidak dilakukan sesegera mungkin atau memerlukan bantuan instansi lain, pengiriman ikan dapat dilakukan dalam bentuk hidup.
Specimen darah diambil dengan atau tanpa antikoagulan dan dalam bentuk preparat apus darah, pembuatan preparat apus darah harus difikasi dengan methanol absolut.
Larutan fiksatif untuk pemeriksaan histopatologi adalah buffered formalin10%. Untuk ikan yang berukuran kurang dari 10 cm, dinding rongga perut disayat disepanjang sisi ventralnya hingga mandibular. Pada ikan yang lebih besar, organ dipreparasi kemudian masing – masing organ dipotong dengan ukuran potongan maksimal 0,5 x 0,5 cm. organ – organ yang digunakan sebagai specimen adalah saluran pencernaan, hati, limpa, ginjal, jantung, mata otak, dan insang. Organ tersebut dimasukkan ke dalam larutan buffered formalin dengan perbandingan volume organ dengan volume larutan  fiksatif sekurang – kurangnya sebesar 1: 10.
Untuk keperuan pemeriksaan polymerase Chain Reactino (PCR), specimen dapat disimpan dalam keadaan beku atau dengan larutan fiksatif alcohol +glycerol dengan perbandingan volume organdsn larutan fiksatif yang digunakan sekurang – kurangnya 30. 


Sumber:  Buku Penyakit Ikan Kerapu, Loka Pemeriksaan Penyakit dan Lingkungan – Serang
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya – Kementerian Kelautan dan Perikanan 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Prinsip Pengemasan Produk Berbahan Nabati dan Hewani

Mengenal Ikan Betutu