Produksi Pasta (Nannochloropsis Sp) Sebagai Penyedia Konsentrat Fitoplankton

Produksi Pasta (Nannochloropsis Sp) Sebagai Penyedia Konsentrat Fitoplankton

Rincian dan aplikasi teknis/persyaratan teknis yang dapat Dipertanggungjawabkan
Persyaratan teknis penerapan teknologi: ada sumber air laut/tawar, bibit fitoplankton Nannochloropsis sp., pupuk pertanian dan bahan koagulan
2. Detail SOP, mencakup:
a. Gambaran/uraian/rincianteknologi
Dimulai dari proses kultur Nannochloropsis sp. secara massal – proses pengendapan dengan bahan koagulan – proses pengendapan – proses penyiphonan – proses pembilasan dengan air tawar – proses penyaringan – proses pengepakan – penyimpanan – hingga penggunaannya sebagai pakan alternatif/atau penggunaan lainnya.
b. Cara penerapan teknologi yang diurut mulai persiapan sampai aplikasi;
1. Kultur fitoplankton Nannochloropsis sp. dilakukan pada skala misal dalam bak volume 1 m2. Bibit berasal dari culture skala semi massal (intermediate), dengan kepadatan awal (stater) 5-6 juta sel/ml.
2. Pemupukan dilakukan dengan pupuk pertanianya itu Urea 30 ppm, ZA 30 ppm dan TSP 10 ppm. Pada saat musim penghujan dosis dikurangi menjadi Urea : ZA : TSP = 30 : 20 : 10 ppm dan pada musim panas Urea : ZA : TSP = 40 : 30 : 10 ppm. Pemupukan hanya dilakukan satu kali saat awal kultur. Data kepadatan fitoplankton berfluktuasi dari pemeliharaan hari kesatu sampai keenam (Tabel 1).
Tabel 1. Kepadatan Nannochloropsis sp dari awal kultur, fase exponensial sampai fase
declining (kematian/penurunan)
Pada hari ke 2 kultur kepadatan mencapai 9-10 juta, hari ke 3 kultur mencapai 13- 14 juta dan pada hari ke 4 (siap dipanen) telah mencapai 16-20 juta.
3. Pada ke 4 hari kultur (pada fase puncak) dilakukan proses koagulasi fitoplankton dengan memasukkan bahan koagulan fitoplankton yaitu NaOH atau soda api. Dosis NaOH yang digunakan 100-150 ppm, Kristal NaOH dilarutkan dengan air tawar lalu dituangkan secara merata di bak kultur Nannochloropsis sp. Sambil diaduk kuat secara merata ±10 menit.
4. Dilakukan proses pengendapan selama5- 6 jam.
5. Dilakukan proses penyiphonan Nannochloropsis sp. yang telah mengendap di dasar bak (10 % dari volume total).
6. Dilakukan pembilasan endapan tersebut dengan air tawar sebanyak 3 kali dan diendapkan kembali.
7. Terakhir dilakukan penyaringan dengan menggunakan kain saring (kain satin) selama 24 jam sehingga mendapatkan pasta Nannochloropsis sp. yang siap digunakan. Pasta dikemas dalam wadah sederhana (gelas plastik atau kantong plastik) yang kedap udara dan disimpan dalam refrigerator.
Dari kultur fitoplankton segar di bak 1 ton sampai proses penyaringan mampu menghasilkan pasta Nannochloropsis sp sebanyak ±1 kg. Sebagai pakan rotifer, 100- 200 gr pasta Nannochloropsis sp dapat digunakan untuk rotifer dengan kepadatan 20-30 ind/ml di bak volume 10 ton. Pasta Nannochloropsis sp. juga digunakan sebagai bahan penelitian pembuatan biofuel oleh IPB, Lemigas, Balai Besar Litbang Pengolahan Produk dan Bioteknologi KP serta penelitian mahasiswa.

Hasil produksi pasta fitoplankton Nannochlorpsis sp. telah dikaji pemanfaatannya mulai tahun 2002 dan diterapkan di masyarakat mulai tahun 2005 baik di sekitar Lampung dan luar Lampung. Di sekitar Lampung pasta digunakan oleh para petambak untuk memicu pertumbuhan awal fitoplankton. Sedangkan diluar Lampung telah dimanfaatkan oleh Lemigas dan Balitbang KP Jakarta sebagai bahan baku Biodiesel serta digunakan juga  sebagai bahan untuk penelitian dari mahasiswa/i di Yogyakarta, Riau, Palembang, Bandung dan Jakarta.
Tim Penemu
Emy Rusyani, M.Si.
Valentina Retrolriani, S.Si.
Safei, S.Pi.
Ika Chandra Cahyani, S.Pi.
Sumber:
Rekomendasi Teknologi KP 2014, badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Prinsip Pengemasan Produk Berbahan Nabati dan Hewani

Mengenal Ikan Betutu