Teknik Penetasan Artemia
TEKNIK PENETASAN ARTEMIA
Artemia
merupakan pakan alami yang banyak digunakan dalam usaha pembenihan ikan dan
udang, karena kandungan nutrisinya baik. Akan tetapi di perairan Indonesia
tidak atau belum ditemukan Artemia, sehingga sampai saat ini Indonesia masih
mengimpor Artemia. Walaupun pakan buatan dalam berbagai jenis telah berhasil
dikembangkan dan cukup tersedia untuk larva ikan dan udang, namun Artemia masih
tetap merupakan bagian yang esensial sebagai pakan larva ikan dan udang diunit
pembenihan. Artemia dapat hidup di perairan yang bersalinitas tinggi antara 60
- 300 ppt dan mempunyai toleransi tinggi terhadap oksigen dalam air. Oleh
karena itu artemia ini sangat potensial untuk dibudidayakan di tambak- tambak
tambak yang bersalinitas tinggi di Indonesia. Budidaya artemia mempunyai
prospek yang sangat cerah untuk dikembangkan. Baik kista maupun biomasanya
dapat diolah menjadi produk kering yang memiliki ekonomis tinggi guna mendukung
usaha budidaya udang dan ikan.
Penetasan
kista Artemia adalah suatu proses inkubasi kista Artemia di media penetasan
(air laut ataupun air laut buatan) sampai menetas. Proses penetasan terdiri
dari beberapa tahapan yang membutuhkan waktu sekitar 18-24 jam.
a.
Proses penyerapan air
b.
Pemecahan dinding cyste oleh embrio
c.
Embrio terlihat jelas masih diselimuti membran
d.
Menetas dimana nauplius berenang bebas
Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam menetaskan cyste Artemia adalah:
1. Suhu
2.
Kadar garam
3. Kepadatan
cyste
4.
Cahaya
5. Aerasi
Agar diperoleh hasil penetasan yang baik maka
oksigen terlarut di dalam air harus lebih dari 5 ppm. Untuk mencapai nilai
tersebut dapat dilakukan dengan pengaerasian yang kuat. Disamping untuk
meningkatkan oksigen, pengaerasian juga berguna agar cyste yang sedang
ditetaskan tidak mengendap. Suhu sangat mempengaruhi lamanya waktu penetasan
dan suhu optimal untuk penetasan Artemia adalah 26-29º C. Pada suhu dibawah 25º
C Artemia akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menetas dan pada suhu diatas
33º C dapat menyebabkan kematian cyste. Kadar 12 garam optimal untuk penetasan
adalah antara 5 – 35 ppt, namun untuk keperluan praktis biasanya digunakan air
laut (kadar garam antara 25–35 ppt). Nilai pH air harus dipertahankan pada
nilai 8 agar diperoleh penetasan yang optimal. Adapun iluminasi pada saat
penetasan sebaiknya 2000 lux.
Hal lain yang menentukan derajat
penetasan cyste adalah kepadatan cyste yang akan ditetaskan. Pada penetasan
skala kecil (volume < 20l) kepadatan cyste dapat mencapai 5 g per liter air.
Akan tetapi pada skala yang lebih besar agar diperoleh daya tetas yang baik
maka kepadatan harus diturunkan menjadi 2 g per liter air. Artemia akan menetas
setelah 18-24 jam. Artemia yang sudah menetas dapat diketahui secara sederhana
yakni dengan melihat perubahan warna di media penetasan. Artemia yang belum
menetas pada umumnya berwarna cokelat muda, akan tetapi setelah menetas warna
media berubah menjadi oranye. Warna oranye belum menjamin artemia sudah menetas
sempurna, oleh karena itu untuk meyakinkan bahwa artemia sudah menetas secara
sempurna disamping melihat perubahan warna juga dengan mengambil contoh artemia
dengan menggunakan beaker glass. Jika seluruh nauplius artemia sudah berenang
bebas maka itu menunjukkan penetasan selesai. Akan tetapi jika masih banyak
yang terbungkus membran, maka harus ditunggu 1-2 jam agar semua Artemia menetas
secara sempurna.
Wadah
penetasan Artemia dapat dilakukan dengan wadah kaca, polyetilen (ember plastik)
atau fiber glass. Ukuran wadah dapat disesuaikan dengan kebutuhan, mulai dari
volume 1 liter sampai dengan volume 1 ton bahkan 40 ton. Hal yang penting untuk
diperhatikan dalam penetasan Artemia adalah bentuk dari wadah. Bentuk wadah
penetasan Artemia sebaiknya bulat. Hal ini dikarenakan jika diaerasi tidak
ditemukan titik mati, yaitu suatu titik dimana Artemia akan mengendap dan tidak
teraduk secara merata. Artemia yang tidak teraduk pada umumnya kurang baik
derajat penetasannya, atau walaupun menetas membutuhkan waktu yang lebih lama.
Sebelum
diisi air dimedia penetasan, wadah Artemia dicuci terlebih dahulu dengan
menggunakan sikat sampai bersih. Agar sisa lemak atau lendir dapat dihilangkan,
pada waktu mencuci gunakanlah deterjen. Media untuk penetasan Artemia dapat
menggunakan air laut yang telah difilter. Hal ini ditujukan agar cyste dari
jamur atau parasit tersaring. Penyaringan dapat dilakukan dengan menggunakan
filter pasir atau filter yang dijual secara komersial seperti catridge filter
misalnya. Disamping dengan air laut, media penetasan Artemia juga dapat
dilakukan dengan menggunakan air laut buatan. Air laut ini dibuat dengan jalan
menambahkan garam yang tidak beriodium ke air tawar. Garam yang digunakan harus
bebas dari kotoran. Jumlah Penetasan Artemia garam yang dibutuhkan berkisar
antara 25-30 g/liter air tawar, sehingga memiliki kadar garam 25-30 ppt.
Setelah garam dimasukkan maka media harus diaerasi secara kuat agar garam
tercampur merata.
CARA MENETASKAN KISTE ARTEMIA
A.
Penetasan Cyste Artemia dengan perendaman air tawar
1.
Siapkan alat dan bahan
2.
Siapkan wadah penetasan Artemia
3.
Isi air laut pada media penetasan
4.
Timbanglah Artemia, jumlah artemia
disesuaikan dengan volume air media.
5.
Artemia yang sudah disiapkan kemudian
direndam/diberi air tawar selama 30 menit. Selama direndam air tawar, artemia
tetap diberi airasi yang cukup.
6.
Masukkanlah Artemia ke wadah penetasan yang
sudah terisi air laut dan diaerasi. Aerasi
kuat dan kontinyu sangat baik untuk penetasan siste artemia, adanya suspensi
akibat kurangnya adukan media dapat mengurangi tingkat penetasan artemia.
7.
Kultur selama 16-18 jam, Perhatikanlah warna
media penetasan, jika sudah terjadi perubahan warna dari coklat muda ke oranye
maka Artemia sudah menetas. Tingkat penetasan akan menjadi lebih tinggi dalam
kondisi pencahayaan dari pada dalam kondis gelap
B.
Penetasan Cyste Artemia dengan Dekapsulasi
1. Menyiapkan
wadah penetasan cyste artemia
2. Isi
air laut pada media penetasan
3. Merendam
artemia dalam air tawar selama 30 menit
4. Membuat
larutan dekapsulasi 1 gram kaporit dan 0,3 gr NaCo3 / dicampur dalam air laut dan
didinginkan dengan es batu dalam box sterefoam selama 60 menit.
5. Rendam
artemia dalam larutan dekapsulasi dan beri aerasi sampai larutan berubah warna
mnjadi orange selama 15 menit.
6. Bilas
kista 6 kali dengan air tawar untuk menghilangkan bau kaporit.
7. Masukkanlah
Artemia ke wadah penetasan yang sudah terisi air laut dan diaerasi. Aerasi kuat dan kontinyu sangat baik untuk
penetasan siste artemia, adanya suspensi akibat kurangnya adukan media dapat
mengurangi tingkat penetasan artemia.
8. Diamkanlah
selama 16-18 jam, perhatikanlah warna media penetasan, jika sudah terjadi perubahan
warna dari coklat muda ke oranye maka Artemia sudah menetas. Tingkat penetasan
akan menjadi lebih tinggi dalam kondisi pencahayaan dari pada dalam kondis
gelap
Kista
menetas menjadi Artemia stadia nauplius. Setelah menetas sempurna, secara
visual dapat terlihat terjadinya perubahan warna dari coklat muda menjadi
oranye. Hal yang penting yang perlu diperhatikan dalam pemanenan nauplius
Artemia adalah jangan sampai tercampur antara Artemia dan cangkang. Hal ini
perlu dihindari mengingat cangkang Artemia tersebut mengandung bahan organik
yang dapat menjadi substrat perkembangbiakan bakteri. Setelah 18 jam
dimasukandalam bak penetasan maka pengecekan apakah Artemia dalam wadah
penetasan sudah menetas atau belum. Pengecekan dilakukan dengan cara mematikan
aerasi. Sesaat setelah aerasi dimatikan, jika secara kasat mata keseluruhan
nauplius sudah berenang bebas maka pemanenan dapat dilakukan dan aerasi tetap
dimatikan. Jika sebagian besar nauplius masih terbungkus membran dan belum
berenang bebas maka aerasi dihidupkan kembali. Selanjutnya 1 atau 2 jam
kemudian dilakukan pengecekan ulang. Langkah awal pemanenan Artemia yaitu
dengan mematikan aerasi serta menutup bagian atas wadah dengan bahan yang tidak
tembus cahaya. Hal ini dilakukan dengan tujuan memisahkan antara nauplius dan
cangkang Artemia. Cangkang Artemia akan mengambangdan berkumpul di permukaan
air.
Nauplius
Artemia akan berenang menuju ke arah cahaya. Karena bagian bawah wadah
tranparan dan ditembus cahaya maka nauplius Artemia akan berkumpul di dasar
wadah penetasan. Oleh karena itu pada saat pemanenan nauplius, sebaiknya bagian
dasar wadah disinari lampu dari arah samping. Selain nauplius, didasar wadah
juga akan terkumpul kista yang tidak menetas. Aerasi tetapdimatikan selama 10
menit. Setelah semua cangkang berkumpul di atas permukaan air dan terpisah
dengan nauplius yang berada di dasar wadah maka pemanenan dapat dilakukan
dengan cara membuka kran pada dasar wadah (jika ada) atau dengan cara menyipon
dasar. Sebelum kran dibuka atau disipon, ujung kran atau selang kecil dibungkus
saringan yang berukuran 125 mikron dan dibawah saringan disimpan wadah agar
nauplius Artemia tetap berada dalam media air. Pada saat pemanenan hindarilah
terbawanya cangkang. Artemia yang tersaring kemudian dibilas dengan air laut
bersih dan siap diberikan ke larva ikan atau udang. Selanjutnya air dan
cangkang yang tersisa di wadah penetasan dibuang dan dibersihkan.
Sumber: Balai Budidaya Laut Ambon
Ada cara lain menetaskan artemia paling ampuh, berikut adalah caranya : cara menetaskan artemia
BalasHapusUntuk informasi terlengkap tentang ikan cupang, kunjungi juga ya cupang sehat
Apa saja alat dan bahan yang digunakan pada artemia sp
BalasHapus