PENANGANAN DAN PENYIMPANAN HASIL TANGKAP
PENANGANAN DAN PENYIMPANAN HASIL
TANGKAP
PENANGANAN CEPAT
Dalam industri perikanan,
kesempurnaan penanganan (handling) ikan segar memegang peranan penting.
Baik burukya penanganan menentukan mutu ikan sebagai bahan makanan atau bahan
mentah untuk pengolahan lebih lanjut. Kalau penanganannya buruk, ikan akan cepat
rusak/busuk, sehingga tidak dapat dimanfaatkan lagi.
Penanganan ikan segar
bertujuan untuk mengusahakan agar kesegaran ikan dapat dipertahankan selama
mungkin, atau setidak-tidaknya masih cukup segar waktu ikan sampai ke tangan
konsumen. Jadi begitu ikan tertangkap dan diangkut ke atas kapal, harus
secepat mungkin ditangani dengan baik, benar dan hati-hati. Demikian
selanjutnya sampai ikan disimpan beku (di dalam cold storage) atau
diolah (misalnya dengan pengalengan) atau langsung dimasak untuk dimakan.
Daging ikan (termasuk hasil
laut lainnya seperti udang dan kerang) sangat cepat membusuk. Penanganan
bagaimanapun baiknya dilakukan, tidak akan mungkin membuat ikan tetap segar 100
%. Tetapi yang diusahakan adalah menghambat proses pembusukan (penguraian
jaringan) sehingga ikan dapat disimpan selama mungkin dalam keadaan baik.
Dalam penanganam ikan, harus
selalu diusahakan agar suhu selalu rendah, mendekati 00 C.
Harus selalu dijaga jangan sampai suhu ikan naik, misalnya karena kena sinar
matahari langsung atau kekurangan es selama pengangkutan. Sebab makin
tinggi suhu, kecepatan membusukpun akan juga makin besar. Sebaliknya,
bila suhu ikan selalu dipertahankan serendah-rendahnya, maka proses pembusukan
bisa diperlambat.
Para nelayan Indonesia yang
menangkap ikan dengan perahu dayung, kapal layar atau perahu-perahu motor kecil
(motor tempel) jarang yang meng-es ikannya sehingga sesampainya di pasar sering
ikan-ikan itu sudah membusuk. Tapi bila penangkapannya hanya memerlukan
waktu semalam, kebanyakan ikan-ikan tersebut masih cukup segar waktu dijual,
itupun sangat tergantung bagaimana perlakuannya sesudah ditangkap.
Sebenarnya banyak nelayan yang menyadari, bahwa untuk mendapatkan harga jual
yang tinggi maka ikan harus tetap segar. Persoalannya hanyalah
kurangnya kemampuan membeli es dan daya muat kapal yang terlalu kecil untuk
peng-es-an di laut.
Sedikit banyak harus pula
diketahui sifat-sifat ikan, yang merupakan bahan makanan yang mudah membusuk
atau rusak itu. Kesegaran ikan yang tidak banyak berontak ketika
ditangkap, akan lebih lama bila dibandingkan dengan ikan-ikan yang lama
berontaknya. Ikan pancingan biasanya kesegarannya lebih lama bila
dibandingkan dengan ikan yang tertangkap dengan gill-net atau trawl (jaring
udang atau pukat harimau).
Usaha lain untuk
mempertahankan kesegaran adalah menutupinya dengan kain atau daun basah.
Dengan menguapnya air pada lapisan penutup itu, suhu ikan menurun. Juga
harus dicegah supaya ikan tidak kena sinar matahari langsung,
karena pada suhu yang lebih tinggi, pembusukan akan berjalan lebih cepat.
PENYORTIRAN
Sebelum jaring diangkat ke atas dek, segala
peralatan yang nantinya bersentuhan dengan ikan hendaknya dicuci bersih
terlebih dahulu. Setelah ikan
sampai di dek, bersihkan segala kotoran yang ikut terjaring (yang
besar-besar). Kemudian, cuci ikannya dengan cara menyemprotkan air laut
sampai segala kotoran yang kecil seperti lumpur, rumput laut dan
binatang-binatang yang tidak dimanfaatkan, terpisah dari ikan.
Selanjutnya sortirlah ikan menurut jenis, besar dan harga di pasar.
Misalnya ikan kakap atau tenggiri, harus ditangani lebih dahulu.
Sebaiknya sortiran ikan tersebut diletakkan di wadah yang berlainan. Jangan
sampai terjadi ikan kakap dicampur dengan ikan tenggiri atau kembung.
Sedangkan penyiangan ikan
antara lain ditentukan dari ukuran badannya. Ikan-ikan kecil seperti
lemuru atau kembung, tentu saja tidak perlu disiangi sebab mudah rusak.
Lain halnya dengan ikan kakap, yang kulitnya (terutama dinding perut) relatif
lebih kuat. Penyiangan juga tidak dapat dilakukan bila hasil tangkapan
banyak sekali. Pekerjaan ini juga tergantung dari tindak lanjut
pengolahan dan permintaan pasaran. Bila akan dikemas dalam kaleng atau diolah
menjadi “filet” ikan tidak perlu disiangi. Demikian pula jika akan dijual
di pasar sebagai ikan segar.
Setelah dilakukan penyortiran
menurut jenis dan besarnya, ikan harus secepat mungkin dicuci. Pencucian
hendaknya memakai air laut yang bersih. Bila perlengkapan memungkinkan
(seperti pada kapal-pabrik/factory ship; dimana misalnya, dapat dicuci
dengan air dingin) prinsip rantai dingin harus segera diterapkan.
Ikan-ikan yang sudah disiangi, dicuci bersih. Karena sisa lendir, isi
perut dan kotoran lain yang masih melekat perlu disingkirkan.
Beberapa hal lain yang perlu diingat adalah :
1. Jangan meletakkan ikan segar/baru di atas ikan yang lebih
tua usia tangkapnya dan sementara menanti giliran penyiangan, tanganilah
dahulu ikan yang lebih dahulu tertangkap.
2. Jangan menginjak ikan atau menyentuhnya dengan kaki
karena ikan akan rusak dan cepat membusuk.
3. Siangi dan simpanlah ikan kecil sebelum ikan yang besar,
sebab ikan yang berukuran kecil lebih cepat membusuk.
4. Sedapat mungkin siangilah ikan selagi hidup, dagingnya
akan kelihatan lebih putih (karena hatinya terus memompakan darah ke luar
selama penyiangan hidup-hidup).
5. Ikan besar yang telah disiangi, cucilah dengan tangan
terutama pada bagian perutnya (terutama bagi ikan-ikan besar, ikan tuna
misalnya).
6. Ikan-ikan kecil dapat dicuci dalam keranjang terbuka atau
dalam tangki dengan air mengalir. Tiriskan ikan setelah pencucian tadi,
tidak boleh tertinggal air kotor di antara ikan.
7. Penyiangan dan pencucian menjadi lebih penting kalau ikan
disimpan tanpa es.
8. Segera setelah dek/geladak bersih dari ikan, dek harus
dicuci bersih, siap untuk menantikan naiknya tangkapan berikut.
Sumber:
http://berbagi-pengetahuan-berbagi.blogspot.co.id/2012/04/penanganan-hasil-tangkap-diatas-kapal.html
Komentar
Posting Komentar