Cara Pengambilan dan Penanganan Sampel Pada Ikan Sakit
Cara Pengambilan dan Penanganan Sampel Pada Ikan Sakit
A. PENGAMBILAN SAMPEL
Sebelum pengambilan sampel dilakukan, perhatikan
beberapa faktor meliputi :
a. Keadaan
tempat pemeliharaan (KJA, tambak, kolam), kondisi cuaca (mendung, panas, hujan)
dan lingkungan perairan (cemaran pestisida, logam berat, plankton beracun)
b. Keadaan
air, kelancaran air dan cara pergantian air, cara pengeloalaan, kualitas air (suhu,
pH, alkalinitas, BOT, NH3, NO2, H2S, DO),
kualitas tanah (pH dan potensi keasaman)
c. Padat
penebaran, gejala umum seperti tingkah laku dan warna tubuh baik satu spesies
maupun antar spesies, jumlah kematian.
d. Sample
ikan sebaiknya terdiri dari berbagai macam gejala penyakit yang ada.
Proses
pengambilan dilakukan dengan 2 cara yaitu :
1. Secara
acak : kurang
lebih 5 -10 % total biomassa. Dilakukan bilamana gejala penyakit yang ada tidak
tampak dengan jelas
2. Secara langsung :
hanya mengambilkan ikan yang menunjukan tanda-tanda terkena serangan penyakit.
Jumlah sampel secukupnya sesuai kebutuhan pemeriksaan. Dilakukan bilamana
sebagian atau seluruh biomassa terserang penyakit.
B. PENANGANAN SAMPEL
Sampel yang diambil dapat berupa ikan hidup, hampir mati
atau yang baru mati. Untuk sampel yang sudah lama mati atau membusuk (diatas 24
jam) tidak layak dipakai untuk pemeriksaan (tidak dapat didiagnosa).
Kelayakan pemeriksaan terhadap status sampel untuk dapat didiagnosa disarankan
seperti dibawah ini :
Kondisi
Sample
|
Bakteriologi
|
Hidup
|
Layak
|
Mati dan tersimpan dingin
< 12 jam
|
Layak
|
Mati
< 12 jam
|
Tidak
layak
|
Mati
tersimpan dalam freezer
|
Tidak layak
|
Terfiksasi
(awetan)
|
Tidak
layak
|
Sampel sesegera mungkin dibawa ke laboratorium untuk
pemeriksaan. Beberapa syarat pengiriman ikan :
1. Sampel yang masih hidup dibawa
dalam kantong plastik dan diberi oksigen
2. Sampel yang terdapat borok
(ulcer) diusahakan dijaga kesegarannya dengan menambah es batu.
3. Sampel yang telah mati
dilakukan pendinginan dengan es batu dalam termos (cold box) selama
perjalanan ke laboratorium. Bila telah dilakukan otopsi maka organ dalam
direndam dengan media pengawet (transport media) pada wadah tersendiri dan
diberi pecahan es batu agar selalu dalam kondisi dingin.
Penanganan sampel organ dalam dengan menggunakan media
pengawet (transport media) adalah untuk menjaga tidak
terjadinya kerusakan jaringan.
a. Organ
Dalam (jantung, hati, mata, insang, ginjal, gonad) dibungkus secara terpisah
dalam wadah plastik yang berisi transport media.
Transport media yang dipakai adalah :
-
Agar 3
gr
- Sodium
thioglycolate 1
gr
- Sodium
glycerophosphate 10
gr
- Calcium
chloride 0,1
gr
- Methylene
Blue 0,002
gr
-
Aquades 1000
ml
Campurkan
hingga larut dan sterilkan dalam autoclve pada suhu 121oC selama 10
menit.
b. Isi Perut (lambung, pyloric
caeca, usus, rektum) dibawa dalam larutan penyangga (PBS) dalam keadaan dingin
- Dibasic
sodium phosphat 7,13
gr
Aquades 1000
ml
- Potassium
dyhydrogen phosphat 5,45
gr
Aquades 1000
ml
Campurkan 6
bagian larutan dibasic sodium phosphst dan 1 bagian larutan potassium
dihidrogen phodphat, atur pH hingga mencapai kondisi
buffer pH 7,6
Setiba di
laboratorium secepatnya dilakukan pemeriksaan dan isolasi, bila ingin menunda
pemeriksaan sampel disimpan dalam lemari pendingin (refrigerator)
Sumber:
Materi Pelatihan bakteriologi tingkat ahli lingkup pusat karantina ikan, Balai
Besar Karantina Ikan Hasanuddin Makasar Tahun 2006
Tim Divisi Lab. Hama dan
Penyakit Ikan Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon
Komentar
Posting Komentar