Jadikan Ikan Sebagai Sumber Protein Utama
Sehat Berawal dari Piring Makanku
‘Jadikan
Ikan Sebagai Sumber Protein Utama’
Istilah “you are what you eat” sudah cukup
banyak didengar masyarakat. Namun makna dari istilah tersebut perlu diresapi
dan diinternalisasi oleh setiap individu bahwa zat-zat yang terkandung di dalam
makanan dan minuman yang kita konsumsi membawa pengaruh terhadap sistem tubuh.
Maka tidak salah bila dikatakan bahwa asupan makanan menentukan kesehatan.
Makan bukan untuk sekadar kenyang, tetapi perlu
memenuhi kebutuhan nutrisi dan menjaga kesehatan tubuh. Karena itu, masyarakat
hendaknya mengetahui apa itu “piring makanku” yang dapat menjadi acuan bagi
kita setiap kali makan.
Piring sajian sebaiknya diisi dengan asupan
karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral seimbang. Hal ini dikarenakan tidak
ada satupun jenis makanan yang mengandung semua jenis zat gizi yang dibutuhkan
tubuh. Untuk itu, konsumsilah pangan yang beragam.
Dalam satu porsi sajian, sayur-sayuran dan buah-buahan
memiliki porsi paling banyak, yakni separuh bagian piring setiap makan (satu
kali sajian).
Sementara itu, separuh bagian priring lainnya dapat
diisi dengan makanan pokok yang bisanya mengandung karbohidrat dan lauk-pauk
yang banyak mengandung protein (porsi protein harus lebih banyak dibanding
karbohidrat).
Jadikan Ikan Sebagai Sumber Protein Utama
Protein sangat penting karena peranannya sebagai
sumber energi, zat pembangun tubuh, bahkan berfungsi juga dalam mekanisme
pertahanan tubuh.
Menteri Kesehatan RI, Nila Farid Moeloek menyatakan
bahwa saat ini dibutuhkan perubahan mindset masyarakat untuk tidak selalu
berpikir daging merah sebagai sumber protein. Menkes mengatakan bahwa Indonesia
merupakan negara kelautan yang sangat kaya akan jenis ikan yang beraneka ragam.
Perairan yang sedemikian luas tentu mengandung kekayaan protein hewani yang
tinggi dan dibutuhkan oleh masyarakat. Karena itu, Menkes mengajak masyarakat untuk
menjadikan ikan sebagai sumber protein yang utama bagi keluarga Indonesia.
“Seharusnya ikan jadi makanan utama bagi masyarakat
kita, karena (ikan) memiliki protein tinggi bila dimasak dengan benar”, tutur
Menkes dalam salah satu rangkaian kegiatan Festival Ikan dan Lomba Masak Ikan
Nusantara “Menuju Istana” yang bertempat di Kantor Staf Presiden di Jakarta
Pusat, Senin siang (3/6).
Secara umum komposisi protein hewani pada ikan
sebenarnya tidak terlalu berbeda kandungannya dengan protein hewani lainnya.
Namun, ikan dikatakan lebih menyehatkan karena lemak yang terkandung di dalam
ikan bukan merupakan lemak jenuh. Sebagai salah satu sumber protein hewani,
ikan mengandung asam lemak tak jenuh (omega, yodium, selenium, fluorida, zat
besi, magnesium, zink, taurin, serta coenzyme Q10). Selain itu, kandungan omega
3 pada ikan jauh lebih tinggi dibanding sumber protein hewani seperti daging
sapi dan ayam.
“Lebih sehat ikan, karena (mengandung) bukan lemak
jahat kalau bahasa awamnya. Ikan memiliki kandungan DHA, sementara daging sapi
atau ayam tidak ada. Selain itu, ikan itu semuanya halal, dapat dikonsumsi
semua usia,” tambah Menkes.
Batasi Konsumsi Gula, Garam, dan Lemak
Dalam setiap sajian, masyarakat juga sebaiknya
memperhatikan kandungan gula, garam dan lemak. Batasan konsumsi gula, garam,
dan lemak yang disarankan Kementerian Kesehatan per orang per hari adalah: Gula
tidak lebih dari 50 gr (4 sendok makan); Garam tidak melebihi 2000 mg
natrium/sodium atau 5 gr (1 sendok teh), dan untuk lemak hanya 67 gr (5 sendok
makan minyak). Untuk memudahkan mengingat rumusannya adalah G4 G1 L5.
Gula merupakan salah satu sumber energi yang
dibutuhkan manusia. Namun, jika berlebihan, gula dapat menyebabkan obesitas dan
memicu diabetes tipe 2. Di dalam buah-buahan segar terdapat gula alami,
sehingga sebenarnya tambahan gula tidak dibutuhkan lagi.
Sementara itu, garam mengandung natrium dan sodium.
Garam dalam jumlah sedikit dibutuhkan untuk mengatur kandungan air dalam tubuh.
Jika berlebihan, garam dapat menyebabkan hipertensi hingga stroke. Sedangkan
lemak, juga diperlukan dalam tubuh sebagai cadangan energi. Lemak berlebih
dapat meningkatkan risiko penyakit jantung hingga kanker. Lemak dapat berbentuk
padat dan cair (minyak). Lemak pun banyak ditemui pada makanan yang digoreng.
EAT Asia Pasific Food Forum
Pengenalan sumber protein dan zat gizi lainnya, bahkan
hingga penanganan masalah pangan secara luas akan dibahas secara serius oleh
para pengambil kebijakan (stakeholders) se-Asia Pasifik dalam EAT Asia
Pacific Food Forum (APFF) 2017 pada 30-31 Oktober 2017 di Jakarta.
Pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kementerian
Kesehatan RI bekerjasama dengan EAT dalam menyelenggarakan kegiatan tersebut.
Hal ini didasari atas semangat Presiden RI Joko Widodo yang bercita-cita besar
dalam hal ketahanan pangan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia
Indonesia, terutama dari pemenuhan gizi anak bangsa.
Lebih dari 500 perwakilan pemerintahan, peneliti,
inovator, pelaku bisnis, akademisi dan anggota masyarakat akan terlibat dalam
forum ini. Pembicara kelas dunia juga akan memaparkan sejumlah topik mulai dari
perubahan pola konsumsi makanan, ketahanan sistem pangan, sampai topik yang
lebih praktis seperti menu bernutrisi untuk masa depan yang lebih sehat. Selain
pemimpin pemerintahan dan menteri dari berbagai negara, juga mengajak berbagai
praktisi untuk berbagi pengalaman.
Sejumlah menteri dalam Kabinet Kerja akan menjadi
pembicara, yaitu Menteri Kesehatan RI Nila Farid Moeloek, Menteri Keuangan Sri
Mulyani dan Menko PMK Puan Maharani. Beberapa nama pejabat lainnya ikut
memberikan solusi pangan bersama organisasi penggagas forum ini, EAT
Foundation.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan
Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut
dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline (kode lokal) 1500-567, SMS
081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Oscar Primadi, MPH
Sumber:
https://kkp.go.id/artikel/2252-sehat-berawal-dari-piring-makanku
Komentar
Posting Komentar