Pengelolaan Teknis Pada Tahap Penetasan dan Pendederan Benih Ikan Lele
Pengelolaan Teknis Pada Tahap Penetasan
dan Pendederan Benih Ikan Lele
Pencegahan Serangan
Penyakit pada Telur
Telur- telur ikan
lele akan menetas dalam waktu 18-24 jam setelah pemijahan terjadi. Embrio terus
berkembang dan membesar sehingga rongga telur menjadi sesak olehnya dan bahkan
tidak sanggup lagi mewadahinya, maka dengan kekuatan pukulan dari dalam oleh
pangkal sirip ekor, cangkang telur pecah dan embrio lepas dari kungkungan
menjadi larva. Pada saat itu telur menetas menjadi larva. Untuk memperlancar
proses penetasan, air sebagai media penetasan telur diusahakan terbebas dari
mikroorganisme melalui beberapa upaya, yaitu (1) mengendapkan air untuk media
penetasan telur selama 3-7 hari sebelum digunakan; (2) menambahkan zat
antijamur seperti methylen blue, kedalam media penetasan; (3) menyaring dan
menyinari air yang akan digunakan untuk penetasan dengan menggunakan sinar
ultraviolet (UV); (4) menggunakan air yang bersumber dari mata air atau sumur.
Setelah semua telur menetas, maka untuk menghindari adanya penyakit akibat
pembusukan telur yang tidak menetas, kakaban/substrat tempat pelekatan telur
ikan lele diangkat dari wadah penetasan dan untuk memperbaiki kualitas air
pemeliharaan larva, maka dilakukan pergantian air sebanyak ¾ dari volume wadah.
Pergantian air dimaksudkan untuk mengembalikan kondisi air menjadi baik,
sehingga layak dijadikan sebagai media pemeliharaan larva.
Pengelolaan Kualitas
Air Larva
Larva yang telah
menetas biasanya berwarna hijau dan berkumpul didasar bak penetasan. Untuk
menjaga kualitas air, maka sebaiknya selama pemeliharaan dilakukan pergantian
air setiap 2 hari sekali sebanyak 50-70 %. Pergantian air ini dimaksudkan untuk
membuang kotoran, seperti sisa cangkang telur atau telur yang tidak menetas dan
mati. Kotoran-kotoran tersebut apabila tidak dibuang akan mengendap dan
membusuk di dasar perairan yang menyebabkan timbulnya penyakit dan menyerang
larva. Pembuangan kotoran tersebut dilakukan secara hati-hati agar larva tidak
stress atau tidak ikut terbuang bersama kotoran.
Pemberian Pakan
Larva
Larva ikan lele
hasil penetasan memiliki bobot minimal 0,05 gram dan panjang tubuh 0,75-1 cm,
serta belum memiliki bentuk morfologi yang definitif (seperti induknya). Larva
tersebut masih membawa cadangan makanan dalam bentuk kuning telur dan butir
minyak. Cadangan makanan tersebut dimanfaatkan untuk proses perkembangan organ
tubuh, khususnya untuk keperluan pemangsaan (feeding), seperti sirip, mulut,
mata dan saluran pencernaan. Kuning telur tersebut biasanya akan habis dalam
waktu 3 hari, sejalan dengan proses perkembangan organ tubuh larva. Oleh karena
itu, larva ikan lele baru akan diberi pakan setelah umur 4 hari (saat cadangan
makanan didalam tubuhnya habis). Pakan yang diberikan berupa pakan yang
memiliki ukuran yang sesuai dengan bukaan mulut larva agar larva ikan lebih
mudah dalam mengkonsumsi pakan yang diberikan, pakan ikan juga bergerak
sehingga mudah dideteksi dan dimangsa oleh larva, mudah dicerna dan mengandung
nutrisi yang tinggi. Salah satu contoh pakan yang diberikan pada saat larva
ikan lele tersebut berumur 4 hari adalah emulsi kuning telur. Pada saat lele
berumur 6 hari, maka dapat diberikan pakan berupa Daphnia sp (kutu air),
Tubifex sp (cacing sutra) atau Artemia sp. Pakan tersebut diberikan secara
adlibitum dengan frekuensi 5 kali dalam sehari dan agar tidak mengotori air
pemeliharaan, maka diusahakan tidak ada pakan yang tersisa.
Jadwal Pemberian
Pakan Larva Lele
Emulsi kuning telur: Hari ke 4-5
Artemia sp: Hari ke 6-13
Daphnia sp: Hari 12-17
Tubifex sp: Hari 17-21
Penjarangan
Penjarangan adalah mengurangi padat penebaran yang dilakukan karena ikan lele berkembang ke arah lebih besar, sehingga volume ratio antara lele dengan kolam tidak seimbang.
Apabila tidak dilakukan penjarangan dapat mengakibatkan:
Emulsi kuning telur: Hari ke 4-5
Artemia sp: Hari ke 6-13
Daphnia sp: Hari 12-17
Tubifex sp: Hari 17-21
Penjarangan
Penjarangan adalah mengurangi padat penebaran yang dilakukan karena ikan lele berkembang ke arah lebih besar, sehingga volume ratio antara lele dengan kolam tidak seimbang.
Apabila tidak dilakukan penjarangan dapat mengakibatkan:
·
Ikan berdesakan, sehingga tubuhnya akan luka.
·
Terjadi perebutan ransum makanan dan suatu saat dapat memicu
mumculnya kanibalisme (ikan yang lebih kecil dimakan oleh ikan yang lebih
besar).
·
Suasana kolam tidak sehat oleh menumpuknya CO2 dan NH3, dan O2
kurang sekali sehingga pertumbuhan ikan lele terhambat.
Cara penjarangan pada benih ikan lele ;
· Minggu 1-2, kepadatan tebar 5000
ekor/m2
· Minggu 3-4, kepadatan tebar 1125
ekor/m2
· Minggu 5-6, kepadatan tebar 525
ekor/m2
Sumber:
Modul Budidaya
Ikan Lele, BPPP Tegal 2013.
Komentar
Posting Komentar