Teknologi RAS Berhasil Produksi Benih Gurame
Teknologi RAS Berhasil
Produksi Benih Gurame
Sumber Foto: Humas DJPB
KKPNews, Jakarta – Apabila dikomparasi dengan
sistem konvensional, pendederan ikan gurame dengan teknologi Recirculation
Aquaculture System (RAS) dapat meningkatkan padat tebar hingga 28 – 30 ekor per
liter dari padat tebar sistem konvensional yang hanya 0,2 ekor per
liter. Masa pemeliharaan benih juga relatif lebih pendek yaitu 30 hari
telah mencapai ukuran 2 – 4 cm, dengan tingkat kelulusan hidup mencapai 95
persen, dan tingkat keseragaman ukuran hingga 90 persen. Dalam sistem
konvensional, waktu pemeliharaan mencapai 50 hari, kelulusan hidup hanya 60
persen, dan keseragaman ukuran 80 persen. Produktivitas produksi dengan
teknologi RAS naik hingga 140 kali lipat dibanding konvensional.
Terkait hal ini,
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP),
Slamet Soebjakto, Jumat (17/5) di Jakarta menjelaskan bahwa teknologi RAS
merupakan teknologi yang tepat dalam meningkatkan produktivitas pembenihan ikan
dengan mengefisienkan penggunaan air dan lahan, di samping itu menciptakan
usaha yang minim dampak negatif terhadap ekologi.
“Teknologi RAS ini
merupakan teknologi pembenihan ikan intensif yang dapat diterapkan untuk
berbagai jenis komoditas baik tawar, payau, maupun laut, sehingga nantinya
dapat menjadi solusi mengatasi permasalahan kebutuhan benih ikan di seluruh Indonesia,”
ujar Slamet.
Lanjut Slamet,
keunggulan RAS dibandingkan sistem konvensional di antaranya aman dari
pencemaran yang terjadi di luar lingkungan perairan sehingga sanitasi dan
higienitasnya lebih terjaga serta ramah lingkungan. Selain itu, juga mudah
dalam pemeliharaan dan stabilitas kualitas air lebih terjaga serta penggunaan
air lebih hemat.
“RAS harus terus
dikembangkan untuk berbagai komoditas budidaya karena dapat mengendalikan hama
dan penyakit, meningkatkan efisiensi pemanfaatan pakan, serta meningkatkan
produktivitas sistem budidaya, sehingga pendapatan juga akan meningkat tajam,”
tambah Slamet.
Salah satu
keberhasilan implementasi teknologi RAS yaitu pada pembenihan ikan gurame yang
dilakukan oleh Tim Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Tatelu KKP untuk
mencukupi kebutuhan benih gurame di Provinsi Sulawesi Utara.
Kepala BPBAT
Tatelu, Fernando J. Simanjuntak menyebutkan, penerapan RAS ini memang ditujukan
untuk meningkatkan padat tebar benih, kelangsungan hidup, keseragaman, serta
laju pertumbuhan sehingga terjadi peningkatan produktivitas.
Secara teknis,
Fernando menjelaskan, komponen RAS yang digunakan terdiri dari wadah
pemeliharaan, tabung filter, lampu UV, reservoir, dan heater (pengatur suhu),
serta pompa air.
Filter akan
berfungsi sebagai unit pembersihan dan perbaikan kualitas air, kemudian tempat
berkembangnya bakteri pengurai amonik sisa pakan dan feses atau sisa
metabolisme lainnya.
“Tabung filter dan
UV terbagi atas 2 (dua) aitu 2 (dua) filter kimia yaitu 75 persen zeolit dan 25
persen arang aktif dan 1 (satu) filter biologi yaitu dengan penggunaan
bioball,” ungkapnya.
Wadah pemeliharaan
benih dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan telah terintergrasi dengan sistem
resirkulasi. Sedangkan reservoir, heater, dan pompa air berada di luar wadah
pemeliharaan ikan.
Secara ekonomi
usaha pendederan ikan gurame dengan teknologi RAS sangat menguntungkan. Dengan
biaya investasi untuk wadah pemeliharaan berupa container plastik ukuran 47 cm
x 65 cm x 40 cm sebanyak 18 buah, kemudian pembelian rak besi, bak reservoir,
tabung filter, media filter (zeolit dan arang aktif), pompa, lampu UV, dan
heater membutuhkan biaya sebesar Rp33,6 juta, dengan biaya penyusutan per
siklus (2 bulan) sebesar Rp1,2 juta.
Sedangkan untuk
operasional sebesar Rp14 juta per siklus untuk pembelian telur gurame, cacing
sutera, obat-obatan, dan biaya listrik.
Telur gurame yang
ditebar sebanyak 30.000 telur menghasilkan produksi benih gurame ukuran 2 – 4
cm sebanyak 25.500 ekor per siklus. Jika harga per ekornya adalah Rp2.000,
maka penghasilan setiap kali siklus adalah Rp51 juta.
“Keuntungan per
siklus sebesar Rp34,5 juta selama 2 bulan, sedangkan keuntungan setahun
mencapai Rp207 juta. Ini sangat menguntungkan secara ekonomi karena pay back
periode (waktu pengembalian modal) hanya ± 0,7 tahun,” sebut Fernando.
Pendapatan
pembenihan gurame dengan teknologi RAS mampu mencapai Rp49.000 per liter air
dalam wadah budidaya sedangkan konvensional hanya Rp317 atau meningkat
rata-rata sebesar 155 kali lipat. Hal ini dimungkinkan karena padat tebar
dengan teknologi RAS jauh lebih tinggi.
Kondisi ini
menunjukkan bahwa pemanfaatan teknologi RAS pada pembenihan ikan terbukti jauh
lebih efisien dalam penggunaan air dan lahan dibandingkan sistem konvensional.
(Humas DJPB).
Sumber:
Komentar
Posting Komentar