Penilaian Tingkat Kesegaran Ikan
Penilaian Tingkat Kesegaran Ikan
Penilaian
kesegaran ikan dapat dilakukan secara kimiawi, mikrobiologis, fisik dan
organoleptik. Penilaian secara kimiawi, mikrobiologis, dan fisik biasanya
memerlukan waktu untuk mengetahui hasil analisisnya.
1. Penilaian Kimiawi
Analisis
yang dapat dilakukan untuk penilaian kesegaran ikan secara kimiawi adalah
penentuan trimetilamin (TMA), total volatil base (TVB), xanthine oxidase test,
dan K-value. Trimetilamin N(CH3)3 memiliki bau seperti amonia yang merupakan
hasil dekomposisi trimetilamin oksida dari aktivitas mikroorganisme. Basa
menguap yang diukur di dalam penentuan TVB terutama adalah amonia dan
trimetilamin. Pada ikan air tawar, TVB yang diukur hampir semuanya adalah
amonia. Pada ikan laut berduri, jumlah amonia sebanding atau sedikit lebih
banyak dibandingkan dengan trimetilamin, sedangkan pada ikan bertulang rawan,
kandungan amonianya jauh lebih banyak dibandingkan dengan trimetilamin.
Xanthine oxidase test digunakan untuk mengukur hipoksantin yang terbentuk selama
proses penurunan mutu ikan dari hasil degradasi ATP secara bertahap. Pengukuran
hipoksantin memberikan indikasi yang baik terhadap perubahan-perubahan awal
post mortem di dalam daging ikan, sedangkan K-value telah secara luas digunakan
sebagai indeks untuk menentukan kesegaran ikan di Jepang. K-value adalah
menyatakan rasio konsentrasi inosin dan konsentrasi hipoksantin terhadap jumlah
total konsentrasi ATP dan produk-produk hasil degradasinya.
2. Penilaian Mikrobiologis
Mutu
bakteriologi dan tingkat pembusukan dapat diperkirakan dengan menentukan jumlah
total bakteri yang ada pada ikan. Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa
secara umum dapat diterima bahwa aktivitas mikrobiologis adalah termasuk
penyebab utama pembusukan pada ikan. Oleh karena itu, hasil penentuan jumlah
bakteri secara langsung menunjukkan indeks kesegaran ikan. Akan tetapi, pada
umumnya penentuan jumlah bakteri dengan menggunakan metode total plate count
(TPC), yaitu dengan menumbuhkannya pada nutrient agar memerlukan waktu sekurangkurangnya
2–3 hari. Analisis yang memakan waktu ini sudah tentu tidak sesuai bila
ditujukan untuk penentuan mutu kesegaran secara cepat. Penentuan jumlah bakteri
seringnya dilakukan pada suhu 35–37o C, walaupun diketahui bahwa mikroflora
penyebab pembusukan ikan adalah bakteri psikhrofilik. Suhu inkubasi 0–4o C dan
20–25o C dianjurkan untuk penentuan bakteri penyebab pembusukan pada ikan.
Sudah barang tentu waktu inkubasi yang diperlukan untuk suhu 0–4o C lebih lama.
3. Penilaian Fisik
Alat
yang telah dikembangkan untuk penentuan kesegaran ikan secara fisik adalah
Torry Fish Freshness Meter (atau Torry Meter). Alat ini cocok digunakan untuk
penentuan tingkat kesegaran ikan di lapang. Nilai pengukuran yang tertera
secara digital pada alat tersebut adalah pada selang 1–19. Jarang nilai
pengukuran melewati 16, nilai pengukuran yang lebih tinggi menunjukkan kualitas
ikan yang lebih baik. Perubahan-perubahan yang disebabkan oleh aktivitas enzim
dan mikroorganisme terhadap protein dan membran sel menurunkan nilai hasil
pengukuran akibat kerusakan ikan. Alat ini dipandang memiliki kelemahan,
khususnya kondisi ikan yang telah rusak secara fisik dan memar, serta ikan
berlemak mempengaruhi nilai hasil pengukuran. Pengukuran terhadap ikan utuh
yang masih berkulit dan ikan yang telah dikuliti menghasilkan nilai pengukuran
yang berbeda, walaupun sebenarnya tingkat kesegaran ikannya sama.
4. Penilaian Organoleptik
Metode
penilaian secara organoleptik atau sensori merupakan penilaian subjektif yang
dilakukan secara individu. Walaupun demikian, penilaian semacam ini sudah
sangat memadai dan cukup andal jika dilakukan dengan baik dan oleh orang yang
berpengalaman. Selain itu, cara ini lebih mendekati pada preferensi konsumen,
mudah dilakukan, tidak memerlukan peralatan canggih dan bahan khusus, serta
hasilnya cepat diperoleh.
Penilaian organoleptik di lapangan
Pada prinsipnya, secara individu setiap orang
dapat melakukan penilaian organoleptik terhadap kesegaran ikan karena
sebenarnya tidak sulit sehingga siapa pun dapat melakukan penilaian di lapang
asal telah mengetahui ciri-ciri ikan yang memiliki tingkat kesegaran tinggi
atau ikan yang telah busuk. Cara yang paling mudah adalah pengamatan visual
terhadap penampilan ikan. Caranya adalah dengan menggunakan metode 4M, yaitu
melihat, meraba, menekan, dan mencium. Pertama, dengan melihat dan mengamati
penampilan ikan secara menyeluruh terutama penampilan fisik, mata, insang, dan
adanya lendir. Kedua, dengan meraba ikan untuk mengamati kondisi ikan terutama
adanya lendir, kelenturan ikan dan lainnya. Ketiga, dengan menekan daging ikan
untuk menilai teksturnya. Keempat, dengan mencium bau ikan. Ikan yang masih
segar menunjukkan penampilan yang menarik dan mendekati kondisi ikan yang baru
mati dengan tanda-tanda seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.2. Ikan tampak
cemerlang dan mengkilap keperakan sesuai jenis. Permukaan tubuh tidak berlendir
atau berlendir tipis dengan lendir bening dan encer. Sisik tidak mudah lepas,
perut padat dan utuh, sedangkan lubang anus tertutup. Mata ikan cembung, cerah
dan putih jernih, serta tidak berdarah dengan warna pupil hitam. Insang masih
tampak berwarna merah cerah dan tidak berlendir jika berlendir, lendir tersebut
sedikit, tipis dan bening. Ikan masih lentur atau kaku dengan tekstur daging
pejal, lentur, dan jika ditekan cepat pulih seperti semula. Bau segar atau
sedikit agak amis. Jika kondisi semacam ini masih dapat dikenali dengan baik
maka ikan dapat dikategorikan sebagai ikan yang masih segar dan bermutu tinggi,
tetapi jika tidak maka ikan diduga kesegarannya sudah menurun.
Penilaian organoleptik di laboratorium
Pada
penilaian organoleptik di laboratorium yang biasanya memerlukan
persyaratan-persyaratan tertentu dan ditujukan untuk kegiatan penelitian,
penilaian dengan angka atau sistem ranking mungkin digunakan untuk menilai
kesegaran ikan yang hasilnya dapat dinyatakan secara sederhana dalam bentuk
angka yang merefleksikan tingkat kesegaran ikan atau dinyatakan secara
deskriptif, serta dinyatakan dalam bentuk pernyataan segar dan busuk, lulus dan
tidak lulus atau diterima dan ditolak. Untuk ini diperlukan lembar penilaian
yang tepat dan mudah dipahami oleh panelis.
Sumber: Modul Teknologi Hasil
Perikanan ( Dr. Ir. Hari Eko Irianto, APU.
Dan Prof. Dr. Ir. Sri Giyatmi, M.Si
Komentar
Posting Komentar