Teknik Rehabibiltasii Terumbu Karang
TEKNIK REHABILITASI TERUMBU KARANG
A.
Indikator Keberhasilan
Setelah
mempelajari materi pokok 2 mengenai rehabilitasi terumbu karang, peserta mampu melakukan
rehabilitasi terumbu karang dengan baik yang
meliputi pemahaman berbagai ancaman terhadap terumbu karang dan teknik transplantasi
karang.
B.
Materi
- Ancaman Terhadap Terumbu Karang
Dewasa ini ekosistem terumbu karang secara terus-menerus
mendapat tekanan akibat dari berbagai aktivitas manusia serta adanya laju
pertumbuhan penduduk yang tinggi yang membutuhkan berbagai sumberdaya guna
memenuhi kebutuhan hidupnya yang dalam pemanfaatannya sering kali kurang
memperhatikan kelestarian sumberdaya tersebut.
Secara umum berbagai aktivitas
manusia yang dapat mengancam kelestarian ekosistem terumbu karang antara lain :
1.
Pengusahaan
terumbu karang untuk kepentingan perdagangan ekspor.
2.
Pengambilan
terumbu karang untuk kepentingan pembangunan gedung dan fondasi jalan raya.
3.
Pengusahaan
dan pemanfaatan sponge (soft coral/bunga karang) untuk memenuhi industri spons
yang bahan dasarnya diambil dari perairan karang.
4.
Penangkapan
ikan dengan bahan-bahan terlarang, seperti bahan peledak, bahan beracun, arus
listrik dan alat-alat tangkap yang dapat merusak sumberdaya terumbu karang.
5.
Tingkat
pemanfaatan yang berlebihan/kurang terkendali yang dapat mengakibatkan
terkurasnya sumberdaya terumbu karang.
6.
Aktivitas
wisatawan (turisme) yang sering mengambil karang hidup dengan tujuan koleksi.
Transplantasi
karang adalah pencangkokan atau pemotongan karang hidup untuk ditanamkan di
tempat lain atau di tempat yang karangnya telah mengalami kerusakan, bertujuan
untuk pemulihan atau pembentukan terumbu karang alami. Transplantasi karang
berperan untuk mempercepat regenerasi terumbu karang yang telah rusak, dan
dapat pula dipakai untuk membangun daerah terumbu karang baru yang sebelumnya
tidak ada (Harriott dan Fisk, 1988 dalam
Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut, 2002).
Transplantasi
karang telah dipelajari dan dikembangkan sebagai teknologi pilihan dalam
pengelolaan ekosistem terumbu karang terutama pada daerah-daerah yang memiliki
nilai ekonomi tinggi (Harriot dan Fisk, 1988 dalam Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut, 2002).
Dimasa
mendatang transplantasi karang akan memiliki banyak kegunaan antara lain untuk
melapisi bangunan-bangunan bawah laut sehingga lebih kokoh dan kuat, untuk
menambah populasi spesies karang yang jarang atau terancam punah, dan untuk
kebutuhan pengambilan karang hidup bagi hiasan akuarium.
Metode Transplantasi
Berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan oleh masyarakat, metode
pelaksanaan transplantasi karang dapat dilakukan dengan berbagai model, saat
ini yang sudah berkembang dan umumnya dilaksanakan adalah melalui metode yang
menggunakan meja besi, jaring dan substrat sebagai media transplantasi, dan
metode modifikasi penggabungan transplantasi karang sebagai sumber benih dengan
terumbu buatan sebagai media tumbuh. Beberapa metode transplantasi yang telah
dikembangkan seperti yang terdapat dalam Amaryllia (2003) adalah sebagai
berikut :
1. Teknik Transplantasi Juvenil
Teknik ini
bertujuan untuk memperbanyak koloni karang dalam suatu terumbu. Pada teknik ini
planula diperoleh dari koloni besar dengan menggunakan jala plankton lalu
diletakkan dalam cawan petri yang dilubangi, kemudian planula tersebut
diletakkan dalam akuarium berkapasitas 20 liter yang diberi aerasi. Satu cawan
petri berisi sekitar 30 planula. Setelah 3 minggu planula akan menempel dan
tumbuh menjadi polip primer. Polip primer tersebut akan ditranplantasikan pada
lempeng PVC berukuran 50 cm x 50 cm dengan ketebalan 3 mm. Lempengan ini
diletakkan secara horizontal pada kedalaman 7 m, 11 m, 15 m dan 17 m serta
vertikal dengan kedalaman 6 m dan 14 m. Teknik transplantasi juvenil ini telah
diuji coba pada Stylopora pistillata dan Dendronephthya hemprichi (Oren
& Benayahu, 1997 dalam Amaryllia, 2003).
2. Teknik Transplantasi Fragmentasi
Teknik ini
dilakukan dengan cara mematahkan skeleton karang hidup dan meletakkannya pada
substrat baru. Teknik transplantasi fragmentasi ini dapat dibagi menjadi teknik
fragmentasi terikat dan fragmentasi tidak terikat. Teknik fragmentasi terikat
terbagi lagi menjadi fragmentasi karang keras dan fragmentasi karang lunak.
Teknik
fragmentasi karang keras, bibit karang diperoleh dari koloni induk yang
dipatahkan lalu dikumpulkan dalam suatu wadah dan dipindahkan ke lokasi
transplantasi. Potongan karang tersebut diletakkan pada substrat buatan
(gerabah, marmer atau semen) yang memiliki tonggak ditengahnya sebagai tempat
pengikatan fragmen karang sehingga tidak mudah lepas. Substrat buatan tersebut
telah lebih dahulu diikatkan pada rak besi berjaring (Sadarun, 1999). Sedangkan
pada teknik fragmentasi karang lunak, bibit karang dipotong dengan 2 cara yaitu
secara transversal-median dan transversal-basal. Pemotongan transversal-median
dilakukan dengan memotong karang lunak mulai dari bagian atas kapitulum hingga
bagian stalk (tidak sampai bagian basal). Untuk pemotongan secara
tranversal dilakukan dengan cara memotong dari bagian atas kapitulum hingga ke
bagian basal. Bentuk dan ukuran fragmen dari kedua cara pemotongan ini realtif
sama. Fragmen karang lunak tersebut diletakkan pada substrat dengan menggunakan
aquqglue atau diikatkan pada tonggak substrat dengan menggunakan tali
nilon (Haris, 2001 dalam Amaryllia, 2003).
Teknik
framgmentasi tidak terikat sangat baik digunakan pada habitat yang terlindung
dengan tujuan untuk meningkatkan luas wilayah tutupan karang dan menyediakan
habitat baru bagi ikan. Substrat yang digunakan dalam teknik ini adalah barren
reef rubble. Bibit karang yang digunakan adalah fragmen karang bercabang
berukuran 3-40 cm. Fragmen karang tersebut disebar di atas area pancang seluas
25 cm2 pada kedalaman 1 meter tanpa perlu adanya pengikatan fragmen
karang pada substrat.
- Teknik Transplantasi Koloni
Teknik ini
hampir sama dengan teknik fragmentasi tidak terikat, perbedaanya adalah pada
teknik ini transplan yang digunakan adalah koloni utuh yang telah dikultur dari
fragmen yang tersebar di 2 area reef flat dalam 2 tahun terakhir.
Tranplantasi dilakukan pada 15 sisi laguna, dimana setiap sisi laguna
ditranplantasikan 4 koloni karang. Koloni yang digunakan memiliki tinggi 37,3
cm dan diameter 49,3 cm. Teknik ini telah dilakukan di barat daya Puerto Rico
dan Pohpei dengan menggunakan substrat barren reef rubble (Bowden-Kerby,
1997 dalam Amaryllia, 2003).
- Teknik Transplantasi Elektrolisis
Prinsip dari
teknik ini adalah menggunakan lubang listrik (galvanic cell). Ion-ion
kalsium dan magnesium yang berada di air laut dapat diendapkan dengan diberi
cetakan endapan bahan kimia listrik murni. Ketika dihubungkan dengan arus
listrik searah (DC power supply), mineral magnesium dan kalsium aka
melapisi katoda sedangkan klorin dan oksigen akan melapisi anoda. Teknik ini
merupakan kombinasi formasi substrat semi alami dengan tujuan memercepat fase
pertama kolonisasi dengan menanamkan fragmen karang dalam jumlah besar dalam
waktu singkat (Treek & Schuhmacher, 1997 dalam Amaryllia, 2003).
Dalam rangka
menjaga kelestarian ekosistem terumbu karang di alam, maka kegiatan
transplantasi karang pengambilan bibit di alam direkomendasikan 1 (satu) kali
saja dan selanjutnya bibit dapat diperoleh dengan cara melaksanakan pembibitan
dengan membuat kebun induk khusus untuk bibit transplantasi. Pengambilan bibit
karang yang akan ditransplantasi diambil dari lokasi tempat lain atau yang
berdekatan dengan lokasi tempat penempatan media transplantasi, tetapi harus
mempunyai kedalaman yang sama dengan tempat yang ditransplantasikan. Bibit
koloni karang yang dipilih dari karang keras yang bercabang dan karang lunak
dengan memotong induk koloni karang dengan menggunakan alat pemotong karang.
Sedangkan bibit karang massive menggunakan bibit karang minimal berukuran
kurang lebih 7 cm, dikumpulkan pada suatu wadah untuk diangkut ke lokasi
pelaksanaan transplantasi.
Substrat digunakan sebagai
menempelkan bibit karang dengan cara mengikat potongan-potongan bibit karang
sehingga kedudukannya stabil dan mudah monitoringnya. Dalam penempatannya di dasar perairan,
substrat-substrat tersebut diikat atau dipasang pada meja transplantasi.
Pengikatan bibit pada substrat sebaiknya dilakukan di dalam air, tetapi apabila
dilakukan di permukaan air jangan terlalu lama dan umumnya berkisar antara
20-30 menit. Tali pengikat dapat menggunakan tali pancing atau klem plastik.
Pengangkutan bibit dilakukan di
dalam air dan dilaksanakan secara hati-hati dan selanjutnya bibit karang ini
diletakkan pada substrat yang ada. Beberapa cara transportasi bibit karang berdasarkan
lokasi pengambilan bibit adalah sebagai berikut :
1. Jarak Dekat
Untuk lokasi
kegiatan penempatan karang transplatasi yang dekat dengan tempat bibit, kurang
lebih radius 20 m, sebaiknya bibit dikumpulkan dalam ember yang bagian bawahnya
berlobang. Tumpukan karang dalam ember maksimal 2 lapis tiap tumpukan untuk
menghindari kerusakan polyp karangnya, selanjutnya ember tersebut
ditarik di dalam air menuju lokasi penempatan bibit.
2. Jarak Menengah
Untuk lokasi
lebih dari 20 m atau yang memakan waktu 1 jam perjalanan menggunakan perahu,
bibit dimasukkan ke dalam ember yang berisi air laut sebanyak 2 (dua) lapis
tumpukan. Selama dalam perjalanan menuju lokasi penempatan, ember tersebut
harus dijaga agar terhindar dari sinar matahari langsung dan tetesan air
hujan/air tawar, yang dapat mematikan polyp karang.
3. Jarak Jauh
Untuk
pengangkutan jarak jauh, sebaiknya bibit diambil dalam bentuk koloni, dibungkus
dalam plastik yang berisi air laut dan oksigen seperti mengangkut ikan,
kemudian disimpan dalam wadah box styrofoam berukuran 50 x 40 x 30 cm. Setelah
itu diberi es batu agar metabolisme bibit karang agak menurun, sehingga lebih
dapat meningkatkan daya tahan hidup dari bibit tersebut.
Sumber: Pusat Penyuluhan KP, Buku Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang
Komentar
Posting Komentar