Teknik Pendederan Benih Ikan Gurame (Osphronemous gouramy) Melalui Penumbuhan Pakan Alami di Kolam
Teknik Pendederan
Benih Ikan Gurame (Osphronemous
gouramy) Melalui Penumbuhan
Pakan Alami di Kolam
Tujuan penerapan teknologi ini adalah untuk menekan biaya produksi
benih dan mengurangi waktu pemeliharaan, meningkatkan pendapatan dan
mempercepat siklus produksibenih ikan gurami. Pendederan ikan gurami biasanya
dilakukan setelah pemeliharaan larva dihatchery (akuarium) sampai umur 12 hari, sebelum di tebar untuk tahap
pendederan I. Metode tersebut sangat tergantung dengan ketersediaan pakan alami
berupa artemia (impor) dan cacing tubifek yang didapat dari alam. Persiapan
kolam yang baik dan memanfaatkan limbah organik kotoran ayam kering untuk
menumbuhkan Moina
sp
di kolam dapat menguarngi alokasi belanja pakan alami larva, penebaran bisa
dipercepat dan hasil akhir lebih menguntungkan. Manfaat penerapan teknologi ini
dapat diaplikasikan oleh petani ikan yang memiliki kolam untuk meningkatkan
pendapatan, memperpendek siklus produksi benih dan dapat mengurangi nilai impor
artemia karena dapat digantikan oleh Moina sp.
Aplikasi/Persyaratan
Teknis
3.1. Larva ikan
gurami memiliki pencernaan yang belum sempurna untuk mencerna pakan buatan,
sehingga pakan alami berupa artemia dan cacing tubifex menjadi pilihan utama
bagi pembudidaya. Menghadirkan pakan alami sebagai pengganti artemia dan
tubifek adalah persyaratan teknis yang harus dipenuhi. Pakan alami yang
digunakan adalah Moina sp. Standar produksi benih ikan gurami kelas benih sebar
menyebutkan bahwa tahap pendederan I dapat dilakukan di kolam, atau wadah
terkontrol seperti akuarium atau bak kayu. Namun untuk penerapan metode
tersebut dibutuhkan kolam dengan dasar tanah sebagai wadah pendederan benih.
Karena interaksi langsung dengan tanah dapat memberi variasi makanan bagi larva.
3.2. Perbedaan
wadah pendederan memberikan ruang pendekatan metode yang variatif dan bisa
berpengaruh pada biaya produksi yang ditimbulkan. Keuntungan usaha produksi
benih ikan gurami dapat ditingkatkan dengan mengurangi beban biaya produksi,
memperpendek siklus produksi, dan penerapan teknik yang baik untuk meningkatkan
pertumbuhan.
a. Pengeluaran belanja pakan alami berupa artemia dan tubifek dapat
ditiadakan dengan menghadirkan pakan alami yang lebih murah dan kuantitas yang memadahi.
Nilai protein tubifek (57,0%) dan artemia (58,58%) memang lebih tinggi dari
pakan alami moina (37,38%), namun pada kondisi di kolam dengan dasar tanah,
ragam makanan lebih bervariasi dan tersedia dalam jumlah yang
cukup dapat memberikan dampak pertumbuhan yang lebih baik. Larva
gurami hasil penetasan pada aquarium/ wadah fiber dengan ketinggian air 20-25
cm pada kisaran suhu 29-300C. Proses penetasan berlangsung selama 7 hari sampai
kuning telur habis. Selama proses penetasan telur yang tidak menetas segera
dikeluarkan dari wadah untuk mengindari kontaminasi bakteri dan jamur. Pada
umur 7 hari larva sudah membutuhkan
asupan makanan berupa pakan alami, yang ditandai dengan larva menyebar dan
berenang aktif, saat itulah waktu yang tepat untuk menebar larva di kolam
pendederan. Pada metode konvensional larva tetap dipelihara
sampai ukuran
benih yaitu umur 12 hari. Selama pemeliharaan larva diberi pakan artemia
sebanyak 3-4 kali sehari sampai hari ke-9. Selanjutnya larva diberi pakan
cacing tubifek dengan cara ad-libitum, sampai organ tubuh sempurna (12 hari),
kemudian ditebar di kolam. Metode ini dianggap tidak efektif karena larva
gurami umur 7 hari sudah mampu beradaptasi dan aktif mencari pakan alami di
lingkungan kolam, sehingga pemberian pakan artemia dan tubifek dapat ditiadakan.
b. Untuk menerapkan
metode pendederan benih gurami berbiaya rendah dibutuhkan ketepatan tahap
persiapan dan pengolahan kolam pendederan. Pengolahan kolam harus dilakukan 1
hari sebelum proses penetasan telur gurami. Kolam pendederan terlebih dahulu
diolah dengan membalik lumpur kolam, menambahkan kapur tohor sebanyak 50-100
gr/m2 dan pupuk organik sebanyak ±500 gr/m2. Setelah pengolahan kolam diisi air 30-50 cm dibiarkan
tergenang 3 hari, kemudian ditambah sampai 70 cm. Pada hari keempat kolam
seluas 250 m2 diberikan inokulan Moina sp sebanyak 1-2 kg. Perkembangan moina
dapat dipantau secara visual dengan indikasi adanya pergerakan jasad renik
berwarna kemerahan pada badan air, dan bisa ditangkap dengan serok benih yang
rapat. Pada hari ketujuh kolam sudah siap ditebar larva gurami. Pakan buatan
mulai diberikan pada hari ke tiga setelah penebaran berupa tepung pellet
protein 30- 32% diberikan 2-3 kali/hari sebanyak 10% bobot tubuh, dengan cara
menaburkan di tepi kolam. Selama 1 satu minggu tidak ada pergantian air, untuk
menjaga pakan alami tidak mengalir keluar kolam. Peningkatan jumlah pakan yang diberikan
disesuaikan tiap minggu berdasarkan peningkatan bobot biomassa. Untuk
mengurangi resiko serangan hama, kolam diberi naungan berupa pelapah kelapa
kering pada tiap sisi kolam. Benih dapat dipanen pada usia benih 30-40 hari dengan
variasi ukuran 2-4 cm dan 4-6 cm.
Sumber: Buku Rekomendasi
Teknologi KP Tahun 2014, Badan Penelitian dan Pengembangan KP, Kementerian
Kelautan dan Perikanan
Tim
Penemu
Ma’in, S.Pi., M.Si.
Reni Agustina Lubis, S.Si.
Boyun Handoyo, S.Pi., M.Si.
Mudiyanto L, A.Md.
Suryana
Komentar
Posting Komentar