PEMILIHAN LOKASI PEMBESARAN KERAPU DI KARAMBA JARING APUNG
Sebagai langkah awal usaha budi daya laut adalah pemilihan lokasi yang
tepat. Oleh karena itu, pemilihan dan penentuan lokasi lahan budi daya laut
harus didasarkan pertimbangan ekologis, teknis, higienis, sosio-ekonomis, dan ketentuan
peraturan/ perundang-undangan yang berlaku. pemilihan lokasi sebaiknya
dilakukan dengan mempertimbangkan gabungan beberapa faktor yang; dikaji secara
menyeluruh.
1. Faktor Pertimbangan Umum
Faktor pertimbangan
umum yang mendukung alam pemilihan lokasi budidaya di Karamba jaring apung
meliputi :
a. Keterlindungan Perairan
Pemilihan perairan
lokasi yang terbuka dan mengalami gelombang yang besar dan angin yang kuat
tidak disarankan untuk pembesaran kerapu Bebek, karena lokasi tersebut dapat
merusak sarana Karamba jaring apung, selain itu dapat menggangu aktivitas yang
dilakukan di rakit seperti pemberian pakan dan pergantian jaring. Tinggi
gelombang yang disarankan untuk pemilihan lokasi Karamba untuk pembesaran kerapu Bebek adalah
< 0,5 meter pada saat musim Timur maupun Barat.
b. Kedalaman Perairan
Kedalaman perairan yang ideal untuk pembesaran
kerapu macan di Karamba jaring apung adalah 5 sampai 20 meter pada saat pasang
terendah. pemilihan lokasi dengan kedalaman
yang terlalu dangkal dapat
mempengaruhi kualitas air dan sering
diserang oleh ikan buntal dan kepiting yang dapat merusak jaring.
c.
Dasar Perairan
Dasar perairan yang cocok untuk pembesaran
kerapu macan sebaiknya berkarang
dan berpasir putih, hal ini disesuaikan dengan habitatnya ikan kerapu di alam
yang menyukai pada daerah karang dan berpasir putih, pemilihan lokasi dapat
juga pada dasar perairan pasir berlumpur
dengan memepertimbangkan kedalaman perairan
kurang lebih 15 sampai 20 meter.
d. Jauh dari Limbah Pencemaran
Lokasi yang jauh dari limbah penjemeran seperti
penjemaran industri, pertanian, rumah tangga
dan limbah buangan tambak. limbah-limbah ini dapat mempengaruhi kualitas air. limbah industri
dapat meyebabkan tingginya konsentrasi logam berat, limbah rumah tangga dapat
meyebabkan tingginya konsentrasi bakteri di perairan sedangkan limbah buangan
tambak dapat meningkatkan kesuburan perairan yang berkaitan dengan suburnya
pertumbuhan organisme penempel seperti teritip dan kekerangan yang dapat menutupi jaring pemeliharaan.
e. Tidak Mengganggu
Alur Pelayaran
Dalam usaha budidaya di Karamba Jaring Apung
sebaikanya jauh dari alur pelayaran. Hal ini untuk menghindari gangguan pelayaran, baik pelayaran untuk
perahu nelayan ataupun kapal motor penumpang selain itu dapat mengganggu ikan
pemeliharaan, akibat dari suara mesin motor atau perahu yang lalu lalang dan juga dapat
menimbulkan gelombang dan pusaran air.
f.
Dekat dengan Sumber Pakan
Dekat dengan
lokasi sumber pakan merupakan salah satu faktor yang diharapkan, karena
pakan merupakan kunci keberhasilan budidaya ikan kerapu di Karamba Jaring
Apung. Sebaiknya lokasi budidaya dekat
dengan lokasi penangkapan ikan dengan
menggunakan bagan atau lift net karena
sangat membantu untuk mendapatkan pakan segar dan harganya murah. Dekat dengan
tempat pelelangan ikan akan membantu kontinuitas pengadan ikan rucah.
g. Keamanan
Keamanan
lokasi pembesaran kerapu di Karamba Jaring Apung merupakan faktor yang perlu
diperhatikan. Karena Lokasi yang keamanannya kurang terjamin akan sering
terjadi pencurian yang dapat menyebabkan kerugian dalam usaha budidaya di
Karamba Jaring apung.
2.
Persyaratan Kualitas Air
Selain faktor pertimbangan umum yang perlu
diperhatikan, faktor teknis dalam hal ini kualitas air budidaya yang meliputi
kualitas secara fisik dan kimia air.
a.
Kualitas Fisik
Air
1.
Kecepatan Arus
Kecepatan arus
yang ideal dalam usaha budidaya kerapu di Karamba Jaring Apung berkisar antara 15-30 cm/detik. Kecepatan
arus yang lebih besar dari 30 cm/detik
dapat mempengaruhi posisi letak jaring dan sistem penjangkaran. Kuatnya arus
dapat menyebabkan bergesernya posisi rakit, sebaliknya kecepatan arus yang
terlalu kecil dapat mengurangi pertukaran air keluar masuk jaring dan ini
berpengaruh terhadap ketersediaan oksigen dalam jaring pemeliharaan serta
mudahnya terserang penyakit terutama
parasit pada ikan yang dipelihara.
2.
Kecerahan
Perairan yang tingkat
kecerahannya tinggi sampai tembus dasar perairan merupakan indikator perairan
yang cukup jernih. Sebaliknya perairan yang tingkat kecerahannya sangat rendah
menandakan tingkat bahan organik terlarut sangat tinggi, perairan ini dikategorikan
cukup subur dan tidak baik untuk pembesaran ikan. Perairan seperti ini
meyebabkan cepatnya perkembangan organisme penempel seperti lumut, cacing, dan
kekerangan yang menimbulkan media pemeliharaan cepat kotor. Kecerahan perairan
lokasi yang ideal untuk pemebesaran di Karamba Jaring Apung lebih dari 2
meter.
b.
Kualitas Kimia
Air
Pemilihan lokasi budidaya
perlu diperhatikan kualitas kimia air karena berhubungan erat dengan organisme
yang akan dipelihara. Oleh karena itu perlu diketahui bebrapa parameter
kualitas kimia air meliputi:
1.
Salinitas
Lokasi pembesaran kerapu tidak
dianjurkan berdekatan dengan muara sungai, karena lokasi tersebut salinitasnya
selalu fluktuatif sebagai akibat
masuknya air tawar dari sungai. Fluktuasi salinitas ini dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan nafsu makan ikan kerapu,
selain itu sering megalami stratifikasi perbedaan salinitas yang menghambat
terjadinya difusi oksigen secara vertikal. Salinitas yang ideal untuk ikan
kerapu 30-33 ppt.
Alat
handrefraktometer digunakan
untuk mengukur
kadar garam/salinitas perairan
2.
Suhu
Suhu air laut biasanya
cendrung konstan, perubahan suhu yang tinggi dapat mempengaruhi proses
metabolisme atau napsu makan, aktifitas tubuh dan syaraf. Suhu optimum untuk
pertumbuhan ikan kerapu adalah 27-29°C.
3.
Konsentrasi Ion
Hidrogen (pH)
Nilai pH dapat menentukan
kondisi perairan budidaya asam atau basa. Kondisis perairan dengan pH netral atau sedikit kearah basa
sangat ideal untuk pemeliharan ikan laut. Perairan dengan pH rendah menyebabkan
aktifitas tubuh menurun atau ikan
menjadi lemah, mudah terkena infeksi dan tingkat mortalitas tinggi. Ikan kerapu
macan diketahui pertumbuhannya sangat baik pada pH normal air laut yaitu
8,0-8,2.
Alat pH meter
digunakan untuk mengukur pH perairan
4.
Oksigen Terlarut (
D.O)
Ketersediaan oksigen terlarut
dalam kegiatan budidaya sangat dibutuhkan bagi kehidupan ikan laut. Konsentrasi
oksigen dalam air dapat mempengaruhi pertumbuhan, konversi pakan dan mengurangi
daya dukung perairan. Ikan kerapu macam yang budidayakan di Karamba Jaring
Apung membutuhkan konsentrasi oksigen
terlarut lebih dari 5 ppm.
Alat YSI-85
digunakan untuk mengukur suhu dan Do perairan
3.
Persyaratan Nonteknis
Persyaratan nonteknis yang perlu mendapat
perhatian dalam pemilihan lokasi budi daya adalah sebagai berikut:
a) Keamanan lokasi. Masalah pencurian dan sabotase
mungkin saja dapat terjadi pada lokasi tertentu sehingga upaya pengamanan, baik
secara perorangan maupun kelompok harus dilakukan. Sebaiknya dilakukan upaya
pendekatan dan hubungan yang baik dengan masyarakat sekitar lokasi budi daya.
b) Konflik kepentingan. pemilihan lokasi sebaiknya
tidak menimbulkan konflik dengan kepentingan lain. Beberapa kegiatan perikanan
(penangkapan ikan, pemasangan bubu, dan bagan dan kegiatan nonperikanan
(pariwisata, perhubungan laut, industri, dan taman laut,) dapat berpengaruh
negatif terhadap aktivitas budi daya laut.
c) Aspek peraturan dan perundang-undangan. Untuk
menguatkan keberlanjutan usaha budi daya laut, pemilihan lokasi tidak
bertentangan dengan peraturan pemerintah serta mengikuti tata ruang yang telah
ditetapkan oleh pemerintah daerah (BAPPEDA serta dinas kelautan dan perikanan
setempat).
Sumber:
Balai
Budidaya Laut Ambon, 2010. Pedoman Teknis Pembesaran Kerapu Bebek di KJA. Ambon.
http://blog-terdalam.blogspot.com/2009/04/pemilihan-lokasi-pada-budidaya-ikan.html
Komentar
Posting Komentar