SUMBER: JURNAL TEKNOLOGI BUDIDAYA LAUT
BALAI PERIKANAN BUDIDAYA LAUT AMBON



PENGARUH  WARNA  KOLEKTOR  TERHADAP  JUMLAH  TELUR

                                Hariyano dan Abdul Gani

I. PENDAHULUAN
Saat ini budidaya ikan hias air laut sudah mulai dikembangkan namun baru beberapa spesies saja padahal jika dilihat dari segi ekonomisnya, ikan hias air laut tidak kalah pentingnya dengan ikan hias air tawar bahkan pasarnya rata-rata ke mancanegara. Kebutuhan ikan hias air laur semakin hari semakin meningkat namun ketersediaan di alam semakin menurun, oleh karena itu perlu  adanya pengembangan teknologi dalam pembenihan dan budidayanya.  Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih ikan yang layak untuk dibudidayakan diantaranya adalah harga bagus, permintaan cukup tinggi dan mudah dipelihara. Salah satu diantaranya adalah  ikan hias Blue devil (Chrysiptera cyanea) yang juga dikenal sebagai blue damselfish. Ikan ini sangat agresif dan tahan banting, ukurannya biasa sampai 7 cm (Allen, 1991).
Ikan Hias Blue Devil merupakan ikan yang berbadan langsing, struktur badannya hampir mirip badan seekor ikan mujair. Seluruh tubuh ikan ini berwarna dominan biru cerah, terkadang di sertai titik – titik putih. Pada ujung sirip punggung biasanya terdapat titik berwarna hitam, letaknya dipangkal siripnya. Sesuai dengan namanya, ikan ini adalah ikan yang sangat aktif. Seringkali ikan ini terlihat berenang dengan cepat mengejar makanan atau hanya bermain – main dengan kawanannya. Meskipun bergerak amat gesit, umumnya ikan ini cenderung jarang mengganggu ikan lain, mungkin karena ukurannya yang kecil, ikan ini sangat cocok di pelihara bagi pemula ataupun aquaris yang ingin mencoba kualitas air laut, karena selain harganya yang relatif sangat murah, ikan ini juga memliki daya tahan hidup yang luar biasa.
Keindahan bentuk tubuh dan warnanya menyebabkan ikan blue devil, sangat digemari sebagai ikan hias sehingga memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Hal ini menyebabkan eksploitasinya berlangsung terus-menerus dan dikhawatirkan akan mengancam kelestariannya. Untuk menjaga populasinya di alam dan pada waktu yang bersamaan memenuhi permintaan pasar maka perlu dilakukan usaha pengembangan budidaya jenis ikan ini.
Sesuai dengan namanya  ikan ini dapat merubah warnanya dalam seketika di saat ikan ini merasa terancam. Meskipun bergerak amat gesit, umumnya ikan ini jarang mengganggu ikan ikan lain kecuali ada yang mendekati sarangnya. Ikan ini banyak ditemui hampir di semua daerah karang berpasir, perbedaan jantan dan betina dapat dilihat dari postur tubuh, warna dan ukuran. Jantan kelihatan memanjang, bagian sirip ekor dan dada berwarna orange dan ukurannya lebih besar sedangkan betina kelihatan pendek dan agak bulat, bagian sirip ekor dan dada teransparan dan lebih kecil.
                Aneka warna-warni yang dimiliki oleh ikan hias laut merupakan cerminan dari habitat yang didiaminya akibat dari kemampuan adaptasi terhadap lingkungannya. Disamping itu ikan memiliki kemampuan untuk membedakan warna. Kemampuan ini dimiliki karena adanya pigmen pada mata ikan. Absorbansi pigmen utama pada ikan adalah pada panjang gelombang cahaya biru, biru hijau dengan panjang gelombang 440 – 500 nm. Blue devil cukup jelas diwarnai dengan warna biru kehitaman, biru metalik  tergantung pada kekuatan cahaya. Pola pewarnaan dapat berubah tergantung dari tingkat pencahayaan. Makin kuat cahaya yang diterima warnanya makin cerah dan cenderung kewarna biru kehijauan dan apabila intensitas cahaya makin lemah maka warna birunya menjadi sangat tua mendekati kehitaman. Bertolak dari latar belakang diatas telah dilakukan kegiatan perekayasaan dengan menggunakan kolektor warna-warni terhadap respon induk blue devil dalam meletakkan telurnya.
                Adapun tujuan dilakukan kegiatan ini adalah menganalisa jumlah telur yang dihasilkan oleh induk blue devil pada berbagai warna kolekor telur yang berbeda.
II. MATERIAL DAN METODE
2.1. Waktu dan Tempat
Kegiatan penggunaan warna kolektor yang berbeda terhadap jumlah telur ikan hias blue devil ini, dilakukan di Outdoor Hatchery Ikan Hias Balai Buiddaya Laut Ambon, dari dari bulan Nopember 2011 sampai dengan Januari 2012.
2.2. Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan untuk kegiatan ini meliputi bak fiber kapasitas 2 ton beserta instalasi air dan aerasi sebagai wadah pemeliharaan induk ikan hias blue devil.  Potongan pipa dengan diameter 2 inch dengan panjang 20 cm sebanyak 12 buah sebagai tempat meletakan kolektor telur. Kolektor telur berwarna merah, biru, kuning dan hijau sebagai tempat mengoleksi telur ikan hias blue devil. Kaca pembesar untuk mengamati dan menghitung jumlah telur.
Bahan yang digunakan  pada kegiatan ini adalah induk ikan hias blue devil berjumlah 50 ekor dengan rasio jantan dan betina 1 : 4.
2.3. Metode
Bak fiber kapasitas 2 ton sebelum digunakan dibersihkan terlebih dulu, kemudian diisi dengan air sebanyak 1,5 ton. Pada potongan-potongan pipa yang akan digunakan di masukkan kolektor-kolektor telur yang terbuat dari plastik berukuran 20 x 20 cm. Untuk mempermudah penghitungan jumlah telur pada kolektor tersebut digambar kotak-kotak berukuran 1 x 1 cm. Jumlah kolektor seluruhnya 12 buah dengan warna merah, biru, kuning dan hijau dimana masing-masing 3 buah. Setelah semuanya siap masukkan induk-induk ikan hias blue devil.
2.4. Analisa Data
Dalam kegiatan ini data yang diamati meliputi jumlah telur, diameter telur, dan lamanya telur berada di kolektor sebelum menetas. Semua data yang ada kemudian dianalisa menggunakan One-Way ANOVA untuk melihat tingkat signifikannya menggunakan program Microsoft Excel.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Sehari setelah diletakkannya kolektor, ikan blue devil sudah meletakkan telur pada kolektor tersebut. Dari hasil pengamatan terhadap 4 jenis warna kolektor yang digunakan, telur hanya dijumpai pada kolektor warna hijau dan warna biru dengan jumlah 80 butir di kolektor hijau dan 40 butir dikolektor biru, sedangkan kolektor warna kuning dan merah belum terlihat adanya telur (Tabel 1). Pada hari kedua telur sudah terlihat pada kolektor kuning dan merah dengan jumlah 30 butir untuk kolektor kuning dan 25 butir kolektor merah, sedangkan pada kolektor hijau sudah menjadi 165 butir dan kolektor biru menjadi 75 butir. Penambahan jumlah telur terus bertambah sampai hari ketiga, dan mulai berkurang pada hari keempat dan kelima.
Tabel 1. Jumlah Telur pada Kolektor-kolektor yang Dipasang
Hari
Warna Kolektor
Keterangan
Hijau
Biru
Kuning
Merah
I
80
40
-
-

II
165
75
30
25

III
320
180
80
65

IV
190
130
150
140

V
80
80
130
120

VI
-
-
40
30

VII


-
-


Berkaitan dengan ditemukannya telur pada kolektor hijau dan biru di hari pertama, ini mungkin disebabkan oleh warna hijau dan biru lebih baik dalam merangsang ikan hias blue devil untuk meletakkan telurnya di kolektor tersebut, disamping itu pantulan warna hijau dan biru menimbulkan nuansa kecerahan dalam perairan sekitar dengan kata lain pantulan warna hijau dan biru jelas diterima oleh induk ikan hias blue devil sebagai tempat untuk meletakkan telurnya. Vernberg and Vernberg (1972) dalam Fujaya (1996) menyatakan bahwa warna cahaya mempengaruhi mekanisme fisiologis melalui rangsangan panjang gelombang yang diterima oleh reseptor cahaya pada mata. Pola rangsangan tersebut selanjutnya diteruskan ke sistem syaraf pusat yang kemudian memerintahkan untuk mempolarisasi cahaya menurut perbedaan rangsangannya. Perbedaan tingkat rangsangan ini mempunyai pengaruh yang berbeda secara biologis antara lain terhadap aktivitas pergerakkan dan reproduksi. Selanjutnya Waterman (1961), menyatakan bahwa hewan yang bersifat fototaksis positif cenderung mengumpul pada panjang gelombang cahaya hijau (520 nm) sampai dengan panjang gelombang hijau kekuning-kuningan (560 nm). Lebih lanjutnya Aquacop (1977) dalam Husni (2002) menyatakan bahwa warna hijau cenderung mengakibatkan ikan lebih mampu melihat keadaan sekitar. Sulistyaningrum (2006) dalam penelitiannya tentang pengaruh warna wadah percobaan terhadap sintasan dan pertumbuhan kuda laut juga menemukan bahwa pada warna hijau dan biru mempunyai pertumbuhan pola pertumbuhan yang baik akibat dari kejelasan kuda laut dalam melihat mangsanya pada wadah tersebut.
Disamping jumlah telur yang dilihat, pada kegiatan ini juga dilihat diameter dari telur ikan hias blue devil tersebut. Dari hasil pengamatan yang dilakukan ditemukan bahwa walupun jenis warna kolektor telur memberikan hasil jumlah telur yang berbeda namun diameter dari telur-telur tersebut cenderung sama dengan kisaran ukuran 0,5 – 1 mm. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh penggunaan induk-induk yang mempunyai tingkat kematangan gonad yang sama dan ukuran telur ini tidak terpengaruh oleh jenis-jenis warna kolektor telur yang ada. Hasil ini juga tidak berbeda dengan dengan masa penetasan telur ikan hias blue devil dimana, telur-telur tersebut menetas pada hari ke-4 dan ke-5 untuk semua jenis kolektor. Keadaan ini diduga oleh masa penetasan telur memang berkisar seperti itu sehingga warna kolektor tidak mempengaruhi waktu penetasan telur. Suharno (2011) dalam penelitiannya tentang efektivitas pemijahan ikan blue devil dengan perbandingan jumlah pasangan jantan betina yang berbeda menemukan bahwa waktu yang diperlukan dari peletakan telur sampai menetas adalah 72 jam atau 4 hari.
Untuk melihat signifikannya data yang diperoleh maka data-data tersebut dianalisa lebih lanjut dengan menggunakan analisa One-Way ANOVA. Dan hasil analisa one way ANOVA menunjukkan bahwa warna kolektor berpengaruh siginfikan terhadap jumlah telur yang dihasilkan (Fhitung = 7,070 > Ftabel = 3, 098).

IV. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil kegiatan dan analisa data dari kegiatan ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
·         Jumlah telur pada kolektor warna hijau lebih banyak dari kolektor warna biru, merah dan kuning
·         Diameter telur berkisar antara 0,5 – 1mm dengan masa penetasan telur 4 – 5 hari.
·         Analisa one way ANOVA menunjukkan bahwa warna kolektor berpengaruh siginfikan terhadap jumlah telur yang dihasilkan (Fhitung = 7,070 > Ftabel = 3, 098).
Perlu kegiatan lanjutan dengan melihat perkembangan larva dari jenis-jenis warna kolektor yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Fujaya, Y. 1996. Pengaruh Spektrum Cahaya Terhadap Perkembangan Ovarium Kepiting Bakau (Scylla serrata, Forskal). Thesis Fakultas Pasca Sarjana IPB Bogor.
Halsey, W. D., L. Shores, R. H. Blackurn and F. Francis, 1974. Collier’s Encyclopedia. Mac Millan Education Corporation. USA. 738 p.
Husni, A. St. A., 2002. Pengaruh Perbedaan Warna Wadah Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii de Man). Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertania Bogor.
Suharno, 2011. Efektifitas Pemijahan Ikan Hias Blue Devil (Chrysiptera cyanea) Dengan Perbandingan Jumlah Pasangan Jantan Betina yang Berbeda. Thesis Fakultas Pasca Sarjana Universitas Pattimura.
Sulistyaningrum W., 2006. Pengaruh Warna Percobaan Terhadap Sintasan dan Pertumbuhan Kuda Laut. Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertania Bogor

Waterman, T. H., 1961. Light Sensitivity and Vision. In T. H. Waterman (ed): The Physiology of Crustacea. Vol. II. Academic Press. New York. p:1-64.

Sumber : Balai Budidaya Laut Ambon

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Prinsip Pengemasan Produk Berbahan Nabati dan Hewani

Mengenal Ikan Betutu