Teknologi Budidaya Lawi – Lawi (Caulerpa Sp) di Tambak

Teknologi Budidaya Lawi – Lawi (Caulerpa Sp) di Tambak

Tujuan dari kegiatan ini antara lain :
1.       Untuk mengembangan komoditas alternatif yang prospektif/menguntungkan, efisien dan ramah lingkungan dan tanpa pakan buatan  
2.       Memperoleh teknologi budidaya rumput laut lawi-lawi (Caulerpa.sp) di tambak yang ramah lingkungan dan berkelanjutan
3.       Dapat digunakan sebagai filter biologi untuk penjernihan air yang berkaloid baik dalam tambak maupun dalam hatcheri 
4.       Meningkatkan produktivitas tambak
5.       Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan pembudidaya dan
6.       memperluas lapangan kerja (meningkatkan industrialisasi perikanan budidaya).
Lawi-lawi (Caulerpa.sp) merupakan makro alga yang secara umum pemeliharaan tidak rumit,
walaupun lawi-lawi pada umumnya hidup pada perairan laut dangkal namun dapat juga dibudidayakan di tambak baik secara monokultur maupun secara polikultur dengan komoditas bandeng, udang atau kepiting rajungan. Lokasi yang dipilih untuk budidaya lawi-lawi adalah yang
memiliki karakteristik lingkungan sebagai berikut :
1.       Lokasi tambak jauh dari pengaruh air tawar yang dapat menurunkan salinitas air
2.       Lokasi tambak jauh dari sumber polutan
3.       Lokasi tambak harus dengan sumber air laut, untuk memudahkan proses pergantian air secara
4.       rutin mengikuti pasang surut air laut
5.       Tambak dengan tanah dasar pasir berlumpur, karena lumpur menjadi substrat yang cocok
6.       bagi pertumbuhan lawi-lawi
7.       pH tanah tambak harus normal (tidak asam dan tidak basa pH sekitar 7.0)
8.       Salinitas tambak > 20 ppt
Lawi-lawi yang telah ditanam harus dikontrol secara rutin untuk mengetahui kondisi perkembangannya, begitu juga kondisi salinitas air harus senantiasa dilakukan pengontrolan/pengukuran terutama pada musim hujan karena salinitas air sewaktu waktu bisa drop/menurun tajam hingga di bawah kisaran 25 ppt. Salinitas yang optimum untuk budidaya lawi-lawi diatas 20 ppt. Untuk menjaga kesetabilan salinitas air tambak harus dilakukan penggantian air secara rutin (minimal satu minggu sekali).

  
Rincian Aplikasi Teknis
Persyaratan Teknis Penerapan Teknologi
Tambak yang digunakan untuk kegiatan budidaya lawi-lawi ini adalah tambak lanyah (tambak yang lokasinya berdekatan dengan laut/pantai untuk memudahkan pergantian air), Dasar tambak berupa lumpur berpasir dengan persyaratan kualitas air tertera pada tabel 1 :



Cara Penerapan Teknologi
bahan organik, pembersihan gulma perairan yang bisa menjadi kompetitor dalam penggunaan oksigen. Pemberantasan hama dengan menggunakan saponin (40-50g/ m2) dan pengapuran dasar tambak menggunakan CaO (25-30 g/m2) atau dengan  kapur CaCO3 dengan dosis (60-70 g/m2) dan pemberian pupuk organik / kompos untuk memperkaya ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan bagi pertumbuhan lawi-lawi. Pemberian pupuk organik 20-40 g/m2 = 200-400 kg/Ha. Setelah pupuk diaplikasikan dan terjadi proses ionisasi dan mineralisasi selanjutnya dilakukan pengisian air secara berangsur-angsur antara 10-15 cm, Selanjutnya pada ketinggingan air 15-25 cm dilakukan penanaman lawi-lawi dengan padat tanam 500 g/m2 x 0-15 % x luas areal (Ha) = 250-500 kg/Ha.

Penanaman Bibit Lawi - Lawi
Penanaman lawi-lawi dilakukan setelah 4-5 hari masa pengolahan tambak setelah dasar  tambak yang dijadikan sebagai substrat siap ditanami, penanaman dilakukan pada saat suhu air dan lokasi sekitar rendah (Pagi atau sore hari). Lawi-lawi ditanam di dasar tambak pada kondisi ketinggian air tambak antara 15-25 cm dengan padat tanam 0,5 kg/m2 dengan jarak tanam disesuaikan dengan kebutuhan dan luasan tambak.

Pengaturan jarak tanam dimaksudkan untuk optimasi produktivitas lawi-lawi yang dibudidayakan, jarak tanam sangat berhubungan dengan luas areal tambak, system budidaya (monokultur/polikultur) dan rotasi panen. Jarak tanam yang sudah diterapkan di lapangan antara lain 25 cm, 33 cm dan 50 cm/m2, dengan formasi seperti gambar di bawah ini :


Dari ketiga jarak tanam tersebut, jarak yaang paling ideal diterapkan pada berbagai lokasi tambak terutama pada tambak adalah jarak tanam 50 cm/m2, dimana jarak tanam tersebut sangat memberikan pengaruh yang lebih bagus terhadap pertumbuhan harian dan produktivitas lawi-lawi selama budidaya.

Pemberian Pupuk Tambahan
Pupuk susulan dilakukan untuk membantu proses pertumbuhan, peremajaan sel-sel pada tallus dan anggur pada lawi-lawi setelah dilakukan panen sebagian (parsial). Disamping itu pemberian pupuk susulan juga sangat berguna bagi pengkayaan unsur hara tambahan baik pada badan air tambak pemeliharaan maupun pada substrat yang dijadikan media tumbuh lawi-lawi. Bahan yang digunakan dalam pemberian pupuk susulan ini bisa menggunakan pupuk organik kompos maupun pupuk organik cair dengan dosis/konsentrasi sesuai kondisi dan kesesuaian lahan. Waktu pemupukan sebaiknya dilakukan pada pagi hari setiap 6 minggu sekali setelah pergantian air setelah kegiatan panen parsial (panen harian).

Pengukuran Produktivitas
Pengukuran produktivitas pada masing-masing lokasi ujiterap dilakukan setelah lawilawi yang dibudidayakan sudah mulai dipanen secara parsial (umur 3 minggu setelah tanam) dengan menghitung jumlah berat lawi-lawi yang dipanen dan dicatat sebagai produksi harian, selanjutnya secara akumulasi terinput dalam sebuah tabulasi data produktivitas bulanan.

Pengamatan Kualitas Air
Sebagai data penunjang, maka dilakukan pengukuran kualitas air seperti: Salinitas,
suhu, pH dan oksigen terlarut dilakukan pada setiap minggu.

Panen dan Distribusi Hasil Kegiatan
Lawi-lawi dapat dipanen secara mudah kapan saja waktunya disaat diinginkan sesuai kondisi pasar. Pemanenan pertama dapat dilakukan secara pada 3 minggu setelah tanam. Selama pemeliharaan dapat dilakukan kegiatan panen secara berangsur-angsur sebagian sesuai kebutuhan (parsial) dan pada akhir kegiatan lawi-lawi dapat dipanen seluruhnya (Panen total) sebelum dilakukan peremajaan penanaman kembali.

Panen Parsial (Panen Sebagian)
Panen Parsial adalah proses pemanenan sebagian biota aquatik yang dibudidayakan tanpa harus mengenguras/mengeringkan air di lokasi budidaya dan tanpa mengganggu berlangsungnya kegiatan budidaya atau pembesaran lanjutan. Pemanenan lawi-lawi secara langsung turun ke tambak dengan arah menghadap ke arah inlet. Panen lawi-lawi dapat dilakukan secara berkala dimulai ketika umur tanam lawi-lawi sudah lebih dari 3 minggu ke atas. lawi-lawi yang sudah dipanen dikupras/dibilas dalam air tambak yang bersih untuk mencuci lumpur yang terangkat saat pemanenan, selanjutnya ditampung dalam waring/hapa pemberokkan selama 2-3 hari dan dilakukan sortir secara kuantitas dan kualitas kemudian dimasukkan kedalam karung packing untuk didistribusikan ke pasar/konsumen.

Panen Total
Adalah Proses pemanenan dengan menyurutkan permukaan tambak dan mengeluarkan air tambak secara perlahan-lahan sampai kering dengan menggunakan pompa dorong ataupun pompa hisap sampai seluruh biota yang dibudidayakan dapat dipanen seluruhnya, setelah itu dilakukan pengeringan kembali dasar tambak untuk kegiatan selanjutnya. Sebelum air tambak kering dilakukan panen lawi-lawi secara total dan dilakukan pemberokkan serta sortir di tambak atau saluran air laut yang bersih di sekitar lokasi panen. Setelah lawi-lawi selesai dipanen, tambak dilakukan perbaikan pematang dan pengeringan untuk fase istirahat sebelum tambak tersebut digunakan kembali.


Sumber : Buku Rekomendasi Teknologi  Kelautan dan Perikanan Tahun 2015
Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan
Kementerian Kelautan dan Perikanan

Susunan Tim Penemu :
1. Sugeng Raharjo, A.Pi 
2. Dasep Hasbullah, S.P, M.Si
3. Endah Soetanti, A.Pi, S.Pi
4. Jumriadi, S.Pi
5. Dr. Harnita Agusanty, S.Pi, M.Si

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Prinsip Pengemasan Produk Berbahan Nabati dan Hewani

TAHAPAN PENGURUSAN BADAN HUKUM KELOMPOK PERIKANAN (TERDAFTAR DI KEMENKUMHAM)