Cara Membuat Garam


 Cara Membuat Garam




A. Faktor- faktor yang mempengaruhi dalam proses pembuatan garam

1. Air Laut

Kualitas air laut sangat mempengaruhi hasil maupun proses pembuatan garam. Sehingga, tidak semua daerah pantai atau air laut dapat digunakan untuk produksi garam. Hal ini disebabkan karena tingkat keasaman air laut sangat mempengaruhi. Jika suatu daerah berdekatan dengan muara sungai, air laut dapat sudah tercampuri air tawar sehingga menyebabkan kualitas garamnya menurun atau bahkan susah untuk menghasilkan garam.

 

Air garam supaya bisa mengkristal diperlukan konsentrasi antara 25 - 29° Be. Jika konsentrasi air tua di bawah 25°Be maka Kalsium Sulfat akan banyak mengendap. Sedangkan jika kosentrasi air tua lebih dari 29°Be maka Magnesium akan banyak mengendap.

 

 

2. Cuaca

a. Angin dan Suhu

Semakin kencang angin yang bertiup maka penguapan air laut juga akan semakin cepat. Selain itu, faktor suhu udara juga berperan dalam mempercepat penguapan. Jika udara panas dan angin bertiup kencang, maka air laut akan cepat menguap. Tetapi sebaliknya, jika kondisi cuaca dingin maka penguapan tidak maksimal. Sehingga hasil yang diperoleh tidak sama pada saat suhu panas dan angin bertiup kencang.

 

b. Curah hujan

Apabila curah hujan memiliki intensitas yang tinggi, maka proses penguapan menjadi berkurang sehingga hasil produksi garam juga akan menurun.

 

c. Periode musim kemarau

Lamanya musim kemarau juga mempengaruhi produktifitas garam karena semakin panjang kemarau maka proses pembuatan garam juga akan semakin lama sehingga produksifitasnya juga akan meningkat.

 

 

3. Tanah

Sifat porisitas tanah sangat mempengaruhi proses pembuatan garam, terutama pada cara tradisional, apabila porisitas tanah tinggi maka hasil pembuatan garam akan rendah/sedikit karena air laut banyak yang terserap kedalam tanah.



B. Metode Pembuatan Garam Tradisional

Membuat garam dengan cara tradisional dapat dilakukan dengan peralatan yang sederhana. Hal-hal yang dibutuhkan adalah lahan yang luas untuk proses penguapan dan alat untuk mengalirkan/menyiramkan air laut ke tempat penguapan.


1. Mengalirkan Air Laut ke Tempat yang Luas

Tempat luas yang biasanya digunakan adalah berupa sepetak tanah dengan persiapan khusus. Tempat tersebut digunakan untuk menampung air laut yang akan dipanaskan dengan sinar matahari (penguapan). Prosesnya adalah sebagai berikut:

  1. air dimasukkan ke dalam tempat penampungan dengan cara ditimba menggunakan jerigen atau dengan memanfaatkan pasang surut air laut
  2. Apabila menggunakan pasang surut air laut, tanah diposisikan tidak terlalu tinggi dari air laut.
  3. Ketika air sedang pasang, penutup dibuka supaya air bisa masuk ke dalam.
  4. Apabila air sedang surut, maka penutup  air ditutup supaya air laut terjebak di dalamnya.

 

2. Menjemur di Bawah Terik Matahari

Air yang sudah terkumpul pada lahan petakan tanah selanjutnya dijemur di bawah sinar matahari. Hal ini dilakukan agar air laut dapat menguap dan menyisakan butiran-butiran kristal yang akan menjadi garam.

 

3. Proses Pemanenan

Dari hasil penguapan air laut, selanjutnya akan menyisakan garam untuk dipanen. Petani garam kemudian mengumpulkan dan mengambil hasil panen untuk dijual di pasaran.



C. Cara Membuat Garam dengan Teknologi Ulir Filter (TUF) Geomembran

Cara membuat garam dengan metode TUF menjadi alternatif untuk mendapatkan garam kualitas bagus dengan kadar garam diatas 90%. Prinsip utama dari teknologi ini adalah mempercepat proses pembuatan air tua (20° Be) dengan memperpanjang aliran air serta tetap mempertahankan kebersihan air dan meja hablu/meja garam. Proses menjaga kebersihan air dilakukan dengan memasang filter pada saluran air dan memasang terpal hitam pada meja hablur.

 

Proses produksi garam dengan metode TUF adalah sebagai berikut:

  1. Persiapan lahan dengan cara menguras petak garam pada Kolam Penampungan I, Petak Ulir Besar, Petak Ulir Kecil, Kolam Penampungan II, Meja Hablur/Meja Garam.
  2. Air Laut yang masih murni dengan densitas antara 0-1° Be dialirkan dengan menggunakan pompa ke dalam Kolam Penampungan I. Air laut yang telah alirkan, ditunggu hingga kadar densitanya mencapai 3° Be.
  3. Selanjutnya, air dari dari Kolam Penampungan I dialirkan ke Kolam Penampungan II menggunakan pompa melalui Petak Ulir Besar. Tujuannya adalah supaya air baku mengalami penguapan yang cukup banyak dan signifikan. Selain itu, dengan adanya jarak tempuh aliran air yang lebih panjang, diharapkan kotoran-kotoran yang bisa mengotori air bisa tersaring dan membuat air menjadi bersih.
  4. Air dalam Kolam Penampungan II diatur sedemikian rupa sehingga memiliki ketinggian antar 3-5 cm dan selanjutnya diukur dengan Boumeter untuk dilihat berapa densitasnya. Diharapkan hasil pengukuran menunjukkan 12°Be.
  5. Setelah selesai dilakukan pemrosesan dalam Kolam Penampungan II, air dialirkan ke Kolam Penampungan III melalui Petak Ulir Kecil. Tujuan pengaliran air pada ulir kecil dengan jarak yang panjang adalah untuk mempermudah penguapan air laut untuk mendapatkan kekentalan sebesar 20 °Be.
  6. Dari Kolam Penampungan II, air dialirkan ke bunker atau Meja Hablur dengan densitas sekitar 20-25°Be. Perjalanan air dari Kolam Penampungan I hingga Meja Hablur membutuhkan waktu sekitar 14-15 hari. Artinya waktu yang diperlukan lebih sedikit atau lebih cepat dibandingkan proses pembuatan garam secara tradisional.



D. Metode Continuously Dynamic Mixing (CDM) danTeknologi Greenhouse Salt Tunnel (GST)

Teknologi Greenhouse Salt Tunnel (GST) dan metode Continously Dynamic Mixing (CDM) merupakan teknologi yang memungkinkan produksi garam dapat dilakukan baik di musim kemarau maupun di musim hujan. Teknologi GST digunakan dalam produksi garam rakyat, sedangkan metode Continously Dynamic Mixing (CDM) digunakan dalam pembuatan air tua. Proses penuaan air atau pembuatan air tua dalam proses produksi garam pada prinsipnya adalah proses peningkatan nilai skala Baumé air bahan baku pembuatan garam.

Teknologi GST yang dibangun dapat mempertahankan dan membuat parameter lingkungan mendukung untuk proses evaporasi air. Adapun rinsip dasar dalam CDM adalah melakukan proses pemindahan dan pencampuran air secara kontinyu dan dinamis untuk memastikan proses penuaan air terus berjalan dan volume air untuk dinaikkan ke Meja Kristalisasi mencukupi. Pengaturan volume ini dilakukan untuk memastikan proses produksi garam dalam musim hujan tetap dapat efektif dan efisien. Dalam metode CDM proses produksi garam adalah sebagai berikut:

 

1. Tahap Penampungan

Air bahan baku produksi garam ditampung dalam GST Bosem dengan nilai kadar Baumé air 2 – 6 °Be. Sebagai sarana penyimpanan air muda dari GST Bosem, dipersiapkan GST Bunker Air Muda yang menampung air muda dengan nilai skala Baumé 5 – 6 °Be. Setelah air dengan nilai skala Baumé 6 °Be berjumlah cukup banyak, maka air ini di pindahkan ke GST Peminihan I sampai air dapat mencapai nilai skala Baumé 7 – 8 °Be.

 

2. Tahap Dynamic Mixing

Tahapan dynamic mixing adalah tahapan peningkatan kejenuhan air dari 8 °Be menjadi 25 °Be. Tahapan dynamic mixing ini menfungsikan 6 buah GST Peminihan (Peminihan II – VII). Air dalam GST Peminihan I – VII secara kontinyu dan dinamis dicampur. Pencampuran dilakukan baik dengan memindahkan air dengan nilai skala Baumé lebih rendah kenilai skala Baumé lebih tinggi ataupun sebaliknya. Dasar utama pemindahan adalah pengontrolan nilai skala Baumé air agar didapatkan air yang terus bertambah nilai skala Baumé sampai didapatkan air dalam volume yang cukup untuk dikristaliasikan. Secara umum kisaran nilai skala Baumé dalam metode CDM ini adalah 8 – 13 °Be, 14 – 17 °Be, 18 – 21 °Be, dan 22 – 25 °Be.

 

3. Tahap Kristalisasi

Tahapan kristalisasi dalah tahapan akhir dalam produksi garam dengan metode CDM dalam GST. Air dialirkan ke GST Meja Kristalisasi setelah volume air tua mencukupi untuk memenuhi ke semua GST Meja Kristalisasi yang disediakan (4 GST Kristalisasi). Tahap kristalisasi menggunakan air tua dengan nilai skala Baumé 25 °Be untuk mengoptimalkan pencapaian kadar NaCl garam yang diproduksi.

 

4. Pemanenan

Garam yang dihasilkan akan dipanen dari GST Meja Kristalisasi yang ada. Hasil panen garam setelah ditiriskan terlebih dahulu di lahan produksi garam selama ± 6 jam, dibawa ke Gudang Garam untuk ditiriskan kembali selama ± 4 hari.



Sumber:

https://kkp.go.id/djprl/bpsplpadang

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Prinsip Pengemasan Produk Berbahan Nabati dan Hewani

Proses Pembuatan Nugget Ikan