Teknik Budidaya Ikan Hias Clown/Nemo


Teknik budidaya ikan nemo/clownfish

1. persiapan wadah
Wadah yang digunakan untuk induk adalah aquarium 40 x 40 x 40 cm yang dilengkapi dengan instalasi air laut dan aerasi serta saluran pembuangan. Aquarium tersebut ditempatkan di ruangan yang cukup cahaya sinar matahari hal dimakasudkan untuk menghidari parasir baik untuk induk maupun terhadap telur yang dihasilkan.

2. Induk yang digunakan
Induk yang digunakan adalah induk alam atau induk dari hasil pemijahan yang sudah diseleksi baik dari segi Kesehatan, jenis, ukuran, warna maupun karakter lain yang diminati oleh pasar.

3. Perjodohan
Perjodohan dilakukan untuk mendapatkan pasangan induk yang cocok, ikan nemo jika merasa tidak cocok dengan pasangannya maka ikan tersebut akan berantem sampai ada yang mati jika tidak cepat dipisahkan. Perjodohan ikan nemo tidaklah terlalu sulit cukup memilih induk yang besar (betina) dan induk yang agak kecil (jantan) masukkan dalam aquarium yang sudah disiapkan, sebaiknya sirkulasi air dilakukan selama 24 jam agar kondisi kualitas air tetap terjaga. Setelah perjodohan dilakukan, sebaiknya diamati terus, jika tidak terjadi kecocokan maka pasangan tersebut harus diganti sampai mendapatkan pasangan yang cocok.

4. Penanganan iduk
Untuk mempercepat proses pemijahan dan dapat menghasilkan telur yang berkualitas maka pakan yang diberika harus berkualitas pula dan diberikan sesering mungkin. Pada tahap awal pemijahan telur yang dihasilkan masih sedikit dan bahkan terkadang tidak menetas, pada Pemijahan selanjutnya produksinya akan terus meningkat. Pemijahan terjadi pada siang hari yaitu sekitar pukul 12.00 - 17.00 dimana induk betina perlahan meletakkan dan menata telurnya pada subsrat dekat anemone lalu dibuahi oleh jantan, hal ini dilakukan berulang kali sampai proses pemijahan selesai. Telur dijaga dan dibersihkan oleh induknya namun yang paling dominan adalah jantan. Telur menetas menjadi larva setelah berumur 6 atau 8 hari dan biasanya telur menetas dimalam hari yaitu sekitar pukul 19.00 - 20.00.

5. Penanganan larva
Dalam pemeliharaan larva sebaiknya wadah yang digunakan minimal bervolume 1 ton karena semakin kecil volume air maka pluktusi perubahan kualitas air juga semakin cepat dan sangat berpengaruh terhadap SR dan pertumbuhan larva. Pada tahap awal pakan yang diberikan adalah rotifer yang disesuaikan dengan kepadatan larva dan dipertahankan kepadatan rotifernya 5-10 sel/ml air. Selain rotifer pakan alami berupa naupli artemia diberikan setelah mencapai umur 7 atau sekitar 10 hari dan disesuaikan kemampuan larva untuk mengkonsumasi naupli artemia tersebut. Hal ini dapat dilihat dari perubahan warna larva dari hitam menjadi agak kemerahan dan pada saat itulah larva dapat mengkonsumsi naupli artemia. Pakan tambahan juga dapat diberikan berupa pellet setelah umur >10 hari. larva sudah dapat dipindahkan ke wadah pendederan atau pembesaran setelah 12 hari pemeliharaan.

6. Pembesaran
Pembesaran dapat dilakukan pada aquarium, bak fiber atau kolam, namun untuk memudahkan penanganan disaat benih baru keluar dari bak larva sebaiknya dipelihara dalam aquarium dengan system air mengalir. Penanganan diaquarim memudahkan dalam pengontrolan terhadap penyakit, pemberian pakan, perbaikan kulitas. Stelah berukuran 2 cm maka sebaiknya dipelihara di wadah yang lebih luas. Pemberian pakan sebaiknya diberikan sesering mungkin minimal 3 kali sehari, jenins pakan yang diberikan dapat berupa pellet, artemia, cacing renik, udang renik ataupun jentik nyamuk.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Prinsip Pengemasan Produk Berbahan Nabati dan Hewani

Proses Pembuatan Nugget Ikan