Teknologi Produksi Benih Patin Siam (Pangasianodon hypophthalamus) di Kolam

Teknologi Produksi Benih Patin Siam (Pangasianodon hypophthalamus) di Kolam

Tujuan penerapan teknologi ini adalah dapat memproduksi benih patin siam (Pangasianodon hypophthalmus) yang berkualitas baik dan efisien tanpa menggunakan cacing tubifex sp. Ketersediaan cacing Tubifex sp sangattergantung terhadap cuaca dan jumlahnya juga terbatas. Manfaat penerapan teknologi ini yaitu benih patin siam dapat diproduksi dalam jumlah yang besar dan di daerah daerah dimana cacing Tubifex sp sulit diperoleh. Selain itu, benih yang dihasilkan dari teknologi ini lebih berkualitas karena larva mendapatkan pakan alami yang cukup dan juga sudah beradaptasi dengan lingkungan kolam.

Rincian Dan Aplikasi Teknis/Persyaratan Teknis

1. Persaratan Teknis Penerapan Teknologi
Persyaratan teknis agar teknologi ini dapat dilakukan yaitu para pembenih harus memiliki kolam dengan sumber air yang layak. Sumber air yang layak yaitu jumlahnya relatif banyak dengan kualitas yang sesuai untuk pemeliharaan patin siam. Ukuran kolam yang dapat digunakan bervariasi. Ukuran kolam yang digunakan di BPBAT Jambi yaitu 30 x 50 m2 dengan kedalaman air 1,8 m dan kolam yang lain berukuran 15 x 15 m2 dengan kedalaman air 1,2 m. Kolam yang akan digunakan untuk penerapan teknologi ini harus kedap agar pakan alami dapat tumbuh dengan optimal. Kisaran suhu air kolam yang layak yaitu 26-32 oC. Kolam
pendederan harus diberi aerasi yang cukup. Oleh karena itu penerapan teknologi ini membutuhkan listrik.



2. Uraian secara lengkap dan detail SOP

a. Gambaran/uraian/rincian teknologi
Larva patin siam dari umur 0 sampai 7 hari dipelihara di dalam hatchery. Pakan yang diberikan yaitu naupli artemia. Selanjutnya larva dipelihara di dalam kolam. Larva sampai umur 12 hari memakan pakan alami yang ada di dalam kolam seperti moina, cacing, jentik nyamuk dan lainnya. Pada umur 10-12 hari larva/benih sudah dapat memakan pakan buatan. Oleh karena itu pada saat larva ditebar, pakan alami di kolam harus sudah tersedia dalam jumlah yang relatif banyak. Agar pakan alami di dalam kolam tumbuh dengan optimal, maka persiapan kolam yang akan digunakan untuk pemeliharaan larva patin siam umur 7 hari harus dilakukan dengan baik.

b. Cara penerapan teknologi

1. Tahapan pemeliharaan larva sampai umur 7 hari di hatchery yaitu :

a. Larva dipelihara di dalam hatchery.
b. Persiapan wadah pemeliharaan larva meliputi sterilisasi alat dan wadah,
pengecekan instalasi air, aerasi dan listrik.
c. Pengisian air dilakukan minimal 2 hari sebelum larva dimasukkan dan
diaerasi dengan kuat untuk meningkatkan oksigen terlarut dan menguapkan
gas yang tidak diinginkan. Air pemeliharaan larva diberi garam krosok
dengan dosis 2 gram/liter air (2 ppt).
d. Padat tebar larva yaitu 60 –80 ekor/liter
e. Pemberian pakan artemia dilakukan sesuai dengan SNI 01-6483.4-2000
dengan frekuensi pemberian pakan 5 kali dalam waktu 24 jam.
f. Pergantian air dilakukan sesuai dengan SNI 01-6483.4-2000 atau sesuai
kondisi air pemeliharaan
g. Penyiponan sisa pakan atau kotoran dilakukan setiap hari mulai hari ke dua,
dilakukan minimal satu kali sehari.
h. Suhu media pemeliharaan dipertahankan pada kisaran 28-30oC dengan cara
menutup rapat ruangan pemeliharaan larva dan pemasangan lampu atau
pemanas/heater
i. Pada hari ke tujuh, larva dipanen dan selanjutnya dipindahkan ke dalam
kolam yang sudah disiapkan terlebih dahulu.
j. Sebaiknya larva dipanen dengan cara mengurangi air pada wadah
pemeliharaan dan kemudian larva yang masih bersama air dituang ke dalam
baskom. Selanjutnya larva ditebar ke kolam pendederan.
k. Apabila wadah pemeliharaan larva tidak dapat dituang, pemanenan larva
dapat menggunakan serok halus dengan hati-hati.
l. Sebelum ditebar ke dalam kolam, larva dihitung dengan cara menghitung
secara manual beberapa wadah pemeliharaan. Dengan demikian akan
diketahui sintasan pemeliharaan larva umur 7 hari. Sehingga diketahui
jumlah larva umur 7 hari yang dipanen dan ditebarkan ke dalam kolam.
m. Penebaran larva ke dalam kolam sebaiknya dilakukan pada pagi hari agar
suhu air kolam tidak jauh berbeda dengan suhu air di dalam hatchery
sehingga tidak meneyebabkan larva stres.

2. Persiapan kolam pendederan

Persiapan kolam yang tepat sangat menentukan keberhasilan pemeliharaan larva
patin di kolam. Dua hal yang harus diperhatikan dalam persiapan kolam yang akan
digunakan untuk pemeliharaan larva patin siam. Yang pertama yaitu menghilangkan predator larva atau paling tidak meminimalisir keberadaan predator. Predator yang paling banyak dijumpai yaitu seperti kini-kini (larva capung), Notonecta sp, kodok, ikan liar, belut, ular dan lain-lain. Bila disekitar kolam banyak predator besar seperti kodok, ular atau biawak, maka kolam pendederan harus dipagar. Sedangkan untuk menghindari predator seperti kini-kini (larva capung), Notonecta, ucrit maka upaya yang harus dilakukan adalah penyesuaian antara persiapan kolam dengan waktu penebaran larva. Sebaiknya waktu antara penebaran larva dengan pengisian kolam berkisar antara 3-4 hari. Dengan demikian predator belum banyak di dalam kolam pemeliharaan larva. Yang ke dua yaitu menumbuhkan pakan alami seperti moina, cacing chironomus, jentik nyamuk sebanyak mungkin. Pakan alami inilah yang akan dimanfaatkan oleh larva sebelum dapat mengkonsumsi pakan buatan. Oleh karena itu, pakan alami harus sudah tersedia di kolam pada saat larva ditebar. Larva patin sudah mulai dapat  memakan pakan buatan sekitar umur 10-12 hari. Adapun langkah – langkah dalam persiapan kolam yang akan digunakan untuk pemeliharaan larva patin siam umur 7 hari yaitu sebagai berikut :




3. Kegiatan yang dilakukan dalam pemeliharaan larva di kolam yaitu :
v  Penebaran tepung pellet pada hari kedua setelah penebaran larva dengan tujuan untuk memberi makan moina sehingga dapat terus tumbuh dan juga membiasakan larva dengan pakan buatan.
v  Penebaran tepung pellet ke sekeliling kolam dilakukan sampai hari ke 10-12 setelah penebaran.  
v  Penebaran tepung pellet dilakukan sekeliling kolam. Penebaran tepung pellet dilakukan 2-3 kali per hari. Jumlah tepung pelet untuk sekali penebaran yaitu sekitar 2-3 gr/m2.
v  Pada hari ke 6 setelah penebaran, biasanya larva sudah berukuran ¾ inci dan sudah mulai memakan pakan buatan.
v  Apabila larva sudah mulai dapat memakan pakan buatan, tempatkan tepung pellet disuatu wadah dibagian pojok kolam. Tujuannya adalah untuk mengajari benih berkumpul disatu titik sehingga memudahkan dalam pemberikan pakan. Biasanya larva sudah mulai berkumpul pada satu titik pada hari ke 15 dari penebaran larva.
v  Pemberian pakan buatan (pellet) dilakukan secara ad satiation. Ukuran pakan buatan yang diberikan disesuaikan dengan bukaan mulut benih. Kandungan protein dari pakan yang diberikan minimal 30%.
v  Waktu pemanenan disesuaikan dengan ukuran benih yang dibutuhkan oleh pasar. Biasanya setelah satu bulan, ukuran benih sudah mencapai 1,5-2,5 inci.
v  Pemanenan dilakukan dengan cara menjaring benih yang telah berkumpul disalah satu sudut kolam. Dengan demikian dapat mengurangi resiko benih lecet. Selanjutnya benih dipindahkan ke bak pemberokan untuk sortasi dan distribusi.



Sumber: Buku Rekomendasi  Teknologi KP Tahun 2014, Badan Penelitian dan Pengembangan KP, Kementerian Kelautan dan Perikanan

Tim Penemu
Irwan, S.Pi.
Ir. Evi Rahayuni, MP.
Catur Setiowibowo, S.Pi.
Ir. Mimid Abdul Hamid, M.Sc.
Taufik Sidik Adi Nugroho, S.Pi.
Solaiman, S.Pi.
Nofri Hendra





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Prinsip Pengemasan Produk Berbahan Nabati dan Hewani

Proses Pembuatan Nugget Ikan