Pentokolan Udang Windu (Panaeus monodon) dalam Klaster Budidaya

Pentokolan Udang Windu (Panaeus monodon) dalam Klaster Budidaya

Pentokolan adalah satu segmen kegiatan antara fase benih (dari panti pembenihan) dan pembesaran di tambak. Kegiatan ini dilakukan dalam kawasan (klaster) budidaya sebagai upaya perbaikan dengan sistem pentokolan yang sudah ada sebelumnya dengan tujuan :
a. Menyediakan tokolan udang yang berkualitas (mengikuti kaidah CBIB) untuk kegiatan pembesaran pada kawasan tambak sekitarnya.
b. Memperpendek akses pendistribusian tokolan ke pembudidaya, sehingga resiko kematian akibat transportasi dapat dieliminasi.
c. Penyediaan tokolan pada kawasan (klaster), sekaligus menjadi proses adaptasi benih dengan lingkungan pembesaran.
d. Membangun kesadaran untuk menebar secara serentak dengan sumber benih yang sama sehingga mencegah resiko kematian dini.

Rincian dan aplikasi teknis/persyaratan teknis yang dapat Dipertanggungjawabkan
1. Persaratan Teknis Penerapan Teknologi
a. Terdapat kelompok pembudidaya dengan ketersediaan lahan pada satu kawasan (klaster).
b. Terdapat unit pentokolan yang berada dalam kawasan (klaster) tambak yang mengikuti kaidah CBIB.

2. Uraian lengkap dan detail SOP, mencakup:
a. Gambaran/uraian/rincian teknologi.
Kegiatan pentokolan merupakan usaha pembesaran lanjutan dari benih yang dihasilkan dari panti pembenihan ke petakan tambak yang berada pada kawasan pembesaran udang selama 2-3 minggu. Benih yang digunakan (Pl 12-15) dinyatakan negatif terhadap virus terutama WSSV yang dibuktikan dengan sertifikat dari lembaga/instansi yang kompeten. Petak pentokolan yang digunakan telah dipersiapkan mulai dari persiapan lahan, penyediaan air media yang dilengkapi dengan fasilitas biosekuriti dan mengacu pada Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB). Produksi tokolan selanjutnya digunakan oleh pembudidaya yang berada pada satu kawasan (klaster) sehingga dapat ditebar secara serentak dalam waktu yang bersamaan. Melalui sistem ini, pembudidaya dapat memperoleh tokolan dalam jumlah yang cukup serta kualitas yang lebih baik, sehingga jaminan keberhasilan selama pembesaran lebih tinggi.

b. Cara penerapan teknologi yang diurut mulai persiapan sampai aplikasi
Desain dan Konstruksi: Petak tambak dibuat sedemikian rupa sehingga kedap air. Umumnya petakan pentokolan berbentuk persegi panjang (50-200 m2) sehingga memudahkan untuk panen. Dasar tambak idealnya lebih tinggi dengan saluran sehingga proses pengeringan lebih sempurna. Di sekeliling pematang tambak dilengkapi dengan pagar terbuat dari waring hitam untuk mencegah masuknya hewan lain yang berpotensi menjadi pemangsa atau vektor penyakit.

Persiapan lahan: (1) Persiapan tambak memegang peranan penting karena berpengaruh terhadap kualitas air media dan pada akhirnya mempengaruhi pertumbuhan dan sintasan kultivan. Kegiatan ini diawali dengan pengeringan tambak untuk mengoksidasi bahan organik. Proses ini berlangsung hingga tanah tambak retak-retak. (2) Pengeringan juga berfungsi untuk eradikasi hama dan penyakit yang efisien. (3) Pemberantasan hama seperti siput dilakukan menggunakan crustasid dengan dosis 0.5-1.0 ppm,sesuai yang direkomendasikan oleh DJPB. (4) Pengapuran diperlukan untuk memperbaiki kondisi pH tanah sehingga nilai pH >6. Jenis kapur yang digunakan dapat berupa kapur pertanian atau
dolomit dengan dosis berkisar 500-1.000 kg/ha.

Penyediaan air media: Pengisian air dengan menggunakan saringan berlapis berupa kasa nyamuk dan petakan diisi hingga kedalaman air minimal 60 cm. Langkah selanjutnya adalah penyediaan pakan alami melalui stimulasi pupuk menggunakan Urea dan TSP dengan dosis masing-masing 100 dan 50 kg/Ha.

Penebaran dan pemeliharaan: Benur Pl 12 (bersertifikat) ditebar dengan kepadatan 500-1.000 ekor/m2 dan dipelihara selama 2-3 minggu. Benih bersertifikat artinya benih yang akan digunakan telah melalui proses pengecekan secara laboratorium dan dinyatakan negatif dari jenis virus tertentu terutama WSSV yaitu viruspenyebab penyakit bercak putih. Penebaran benih dilakukan secara perlahan melalui adaptasi terhadap suhu dan salinitas. Selama pemeliharaan diberi pakan dalam bentuk remahan dengan dosis 200 g /100.000 ekor benur. Pakan diberikan pada pagi dan sore hari. Penambahan jumlah pakan sekitar 10-20 gram per hari sesuai dengan respon udang. Kondisi kualitas air ideal meliputi suhu (28-32 oC),salinitas (20-30 ppt), pH (7,5-8,5), Kelarutan oksigen (>3 ppm). Pergantian air dilakukan jika terjadi perubahan kondisi air di tambak seperti: terjadi hujan, warna berubah menjadi pekat dan udang tampak mengambang. Persentase pergantian air berkisar 20-50% dan dilakukan secara perlahan untuk menghindari stres.

Panen dan distribusi: Usia panen berkisar 2-3 minggu pemeliharaan. Panen dilakukan pada pagi atau sore hari untuk menghindari suhu tinggi. Hasil panen ditampung dalam hapa atau bak fiber sebelum dikemas. Kemasan panen berupa kantong plastik berisi 2 liter air laut. Rasio air dan oksigen 2:1 dengan jumlah 1.000 ekor/kantong.

Sumber: Buku Rekomendasi  Teknologi KP Tahun 2014, Badan Penelitian dan Pengembangan KP, Kementerian Kelautan dan Perikanan
Tim Penemu
Ir. Abidin Nur, M.Sc.
Saripuddin, S.St.Pi.
Muhammad, S.Pi.
T. ridwan, S.Pi, M.Si.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Prinsip Pengemasan Produk Berbahan Nabati dan Hewani

TAHAPAN PENGURUSAN BADAN HUKUM KELOMPOK PERIKANAN (TERDAFTAR DI KEMENKUMHAM)